"Dipisah karena setengahnya kita giling, setengahnya lagi kita blender. Tujuannya digiling, untuk mempercantik ayamnya biar nggak kelihatan kayak ayam disiram sama bubur." Jelas bunda. Kemudian bunda memblender cabai hijau yang dipisah tadi, jahe, bawang putih, kemiri, dan garam secukupnya.
"Panaskan sedikit minyak di kuali, kalau udah panas, goreng sebentar bawang merahnya sampai warnanya sedikit coklat." Ucap bunda. Bunda kemudian menggiling setengahnya lagi cabe hijau tadi. Tak lupa bunda memeras jeruk nipis agar cabenya tidak berwarna hitam. Bunda juga menggiling sisa bawang merah.
Raya mengerjakan semua perintah bunda.
Bunda memasukkan lengkuas yang sudah digeprek, daun jeruk, daun salam, dan serai.
Setelah tercium bau harum, bunda pun memasukkan bumbu yang diblender tadi ke dalam kuali. Lalu mengaduknya.
"Masukkan cabe giling itu Raya." Ucap bunda.
Raya memasukkan cabe giling secara perlahan sesuai perintah bunda. Bunda pun mengaduknya di kuali sebentar.
Bunda kemudian memasukkan ayam ke kuali. Lalu mengaduk pelan sehingga sudah ter lumuri oleh cabe hijau. Lalu bunda menutupnya dengan tutup panci.
"Kita diamkan sebentar. Sampai cabenya menyusut." Ucap bunda.
Raya mengangguk. Ternyata membuat Ayam Lado Hijau Koto Gadang sangat mudah. Selama ini ia hanya tahu ayam lado hijau. Bukan Ayam Lado Hijau Koto Gadang. Ternyata dua-duanya sama. "Bunda, Ayam Lado Hijau Koto Gadang asalnya dari mana sih?" Akhirnya keluar pertanyaan dari mulut Raya.
"Ayam Lado Hijau Koto Gadang asalnya dari Bukittinggi, tepatnya di Nagari Koto Gadang. Sebenarnya masakan ini dibuat orang sebagai masakan itiak lado hijau. Tapi karna orang Minang lebih dominan ke ayam dari pada itik, makanya diubah menjadi Ayam Lado Hijau. Biasanya Ayam Lado Hijau Koto Gadang disajikan ketika acara adat, acara pernikahan, maupun sahur atau berbuka. Saat ini, kita menyajikannya untuk berbuka." Jelas Bunda panjang lebar.