Sementara Hedonistic Calculus dapat membantu mengukur dampak langsung korupsi pada tingkat kebahagiaan atau penderitaan masyarakat, metode ini mungkin kurang mampu mengukur dampak jangka panjang dan tidak langsung. Dalam beberapa kasus, korupsi dapat merusak struktur sosial dan ekonomi dalam jangka panjang, menyebabkan kepercayaan publik yang rusak, kurangnya investasi asing, atau ketidakstabilan politik. Faktor-faktor ini dapat berdampak pada kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, dan penilaian mereka memerlukan pertimbangan tambahan yang mungkin tidak sepenuhnya tertangkap oleh Hedonistic Calculus.
Selanjutnya, dalam mengaplikasikan Hedonistic Calculus pada korupsi, penting untuk mengakui bahwa kebahagiaan dan penderitaan dapat bervariasi secara subjektif. Tidak semua orang akan merespons tindakan korupsi dengan cara yang sama, dan interpretasi kebahagiaan atau penderitaan dapat dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya, latar belakang sosial, dan posisi ekonomi. Oleh karena itu, perlu mempertimbangkan kerangka nilai yang beragam dalam masyarakat untuk memahami dengan lebih akurat dampak psikologis dan emosional dari korupsi.
Selain itu, Hedonistic Calculus dapat diterapkan untuk menganalisis efektivitas kebijakan anti-korupsi dan penegakan hukum. Pertimbangan atas efektivitas sanksi atau tindakan pencegahan dalam mengurangi tingkat korupsi dapat diukur menggunakan kriteria-kriteria yang diajukan oleh Hedonistic Calculus, seperti kepastian, intensitas, dan durasi. Analisis semacam itu dapat membantu merancang kebijakan yang lebih efektif untuk mengatasi masalah korupsi.
Dengan demikian, meskipun Hedonistic Calculus memberikan kerangka kerja yang sistematis untuk mengukur konsekuensi etis dari korupsi, diperlukan pemahaman kontekstual yang mendalam dan pengakuan terhadap kompleksitas faktor-faktor sosial dan budaya. Integrasi faktor-faktor ini dapat memperkaya analisis dan memastikan bahwa penilaian etis lebih holistik, sesuai dengan realitas masyarakat yang kompleks dan bervariasi.
Kesimpulannya, Hedonistic Calculus yang diusulkan oleh Jeremy Bentham memberikan kerangka kerja yang sistematis dan terukur untuk menganalisis dampak etis dari suatu tindakan, termasuk fenomena kejahatan korupsi. Dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria seperti intensitas, durasi, kepastian, jumlah, dan variabel lainnya, Hedonistic Calculus dapat membantu mengukur tingkat kebahagiaan atau penderitaan yang mungkin timbul dari tindakan korupsi.
Namun, dalam menerapkan Hedonistic Calculus pada konteks korupsi, perlu diakui bahwa realitas sosial, budaya, dan politik dapat memengaruhi penilaian terhadap konsekuensi etis. Budaya di mana korupsi dianggap sebagai norma atau bahkan diterima dapat membuat evaluasi terhadap kebahagiaan atau penderitaan menjadi lebih kompleks. Selain itu, aspek keadilan, distribusi hasil, dan dampak jangka panjang korupsi perlu diperhitungkan secara khusus.
Penting juga untuk memahami bahwa Hedonistic Calculus mungkin tidak sepenuhnya mampu mengukur dampak jangka panjang dan tidak langsung dari korupsi, seperti kerusakan struktur sosial, kepercayaan publik yang rusak, atau dampak ekonomi dan politik yang mungkin terjadi dalam jangka waktu yang lebih lama. Oleh karena itu, analisis terhadap korupsi juga memerlukan pertimbangan tambahan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif.
Selain itu, dalam mengaplikasikan Hedonistic Calculus pada korupsi, perlu diingat bahwa persepsi kebahagiaan atau penderitaan dapat bervariasi secara subjektif. Faktor-faktor seperti nilai budaya, latar belakang sosial, dan posisi ekonomi dapat memengaruhi cara orang menilai dampak korupsi terhadap kehidupan mereka. Oleh karena itu, untuk memahami lebih akurat dampak psikologis dan emosional korupsi, perlu memperhitungkan kerangka nilai yang beragam dalam masyarakat.
Meskipun demikian, Hedonistic Calculus tetap menjadi alat analisis yang berharga dalam membantu merinci dan memahami konsekuensi etis dari korupsi. Dengan mengintegrasikan kriteria-kriteria yang diajukan oleh Hedonistic Calculus, kita dapat menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam tentang dampak korupsi pada kebahagiaan masyarakat dan merancang kebijakan yang lebih efektif dalam memerangi fenomena ini. Sebagai suatu metode, Hedonistic Calculus dapat memberikan kontribusi
penting dalam memandu upaya pencegahan korupsi dan menciptakan lingkungan sosial yang lebih adil dan berkelanjutan.