Mohon tunggu...
Aprilliyana Mustofa
Aprilliyana Mustofa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Nama: Aprilliyana Mustofa Nim: 43222010026 Prodi: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan: S1 Akuntansi Dosen Pengampu: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Jeremy Bentham's Hedonistic Calculus dan Fenomena Kejahatan Korupsi di Indonesia

14 Desember 2023   10:43 Diperbarui: 14 Desember 2023   11:18 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dibuat oleh penulis

Penting untuk dicatat bahwa, sambil mengakui keterbatasan Hedonistic Calculus, sumbangannya terhadap etika utilitarianisme dan filsafat etika secara umum tidak dapat diabaikan. Bentham membuka jalan bagi pembicaraan tentang penilaian etis berdasarkan konsekuensi, dan meskipun metodenya mungkin tidak selalu dapat diaplikasikan dengan mudah, konsep-konsep yang diperkenalkan oleh Bentham tetap relevan dan memicu perdebatan filosofis yang substansial.

Dengan menggabungkan elemen-elemen ini, dapat disimpulkan bahwa Hedonistic Calculus adalah suatu konsep yang ambisius namun memiliki tantangan tersendiri dalam mengukur kebahagiaan dan penderitaan secara obyektif. Meskipun telah melahirkan berbagai diskusi dan kritik, warisannya tetap memainkan peran penting dalam pengembangan teori etika utilitarianisme dan membentuk dasar bagi pemikiran etika kontemporer.

Jeremy Bentham mengembangkan konsep Hedonistic Calculus sebagai bagian integral dari upayanya untuk membentuk dasar etika yang sistematis dan terukur. Pada abad ke-18, Bentham hidup di tengah-tengah perubahan sosial dan politik yang signifikan di Inggris, dan melalui pemikirannya, ia berusaha memberikan fondasi filosofis yang dapat membimbing tindakan dan kebijakan untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan sosial secara maksimal.

Bentham secara substansial dipengaruhi oleh pandangan empiris dan rasionalis pada zamannya. Sambil mempertimbangkan dampak Revolusi Ilmiah dan Revolusi Industri, ia berusaha menyusun suatu teori etika yang dapat bersifat objektif dan dapat diukur. Utilitarianisme, yang dipegang oleh Bentham, menekankan bahwa tindakan yang benar adalah tindakan yang menghasilkan hasil terbaik secara keseluruhan untuk sebanyak mungkin orang. Namun, untuk menjadikan utilitarianisme lebih dari sekadar prinsip umum, Bentham merasa perlu untuk mengembangkan suatu metode yang dapat mengukur dampak konsekuensi suatu tindakan secara lebih konkret.

Hedonistic Calculus muncul sebagai jawaban terhadap kebutuhan tersebut. Bentham berpendapat bahwa kebahagiaan atau kesenangan adalah satu-satunya hal yang bernilai intrinsik dan dapat diukur secara obyektif. Dengan merinci kriteria-kriteria seperti intensitas, durasi, kepastian, jumlah, dan lain-lain, Bentham mencoba menyediakan alat analisis yang dapat digunakan untuk memutuskan apakah suatu tindakan lebih cenderung menghasilkan kebahagiaan bersih atau penderitaan.

Selain dorongan empirisnya, Bentham juga memiliki niat untuk menciptakan sistem hukum yang lebih adil dan efisien. Pendekatan utilitarianisme yang digagasnya bersifat konsekuensialis, dan oleh karena itu, tindakan atau kebijakan yang diadopsi harus dievaluasi berdasarkan dampak keseluruhan pada kebahagiaan masyarakat. Dengan menyajikan metode kalkulasi seperti Hedonistic Calculus, Bentham berusaha memberikan landasan bagi penilaian yang lebih terinci dan ilmiah dalam menyusun hukum dan kebijakan.

Selain itu, Bentham terinspirasi oleh gagasan-gagasan ilmu ekonomi pada zamannya. Dalam pandangan utilitarianisme Bentham, manusia dikonsepsikan sebagai makhluk rasional yang berorientasi pada pencarian kebahagiaan. Oleh karena itu, ia melihat kebahagiaan sebagai nilai utama yang dapat dikejar dan diukur dengan cara yang mirip dengan pengukuran ekonomi. Dalam hal ini, Hedonistic Calculus mirip dengan analisis ekonomi utilitarian, di mana dampak suatu tindakan diukur dengan mempertimbangkan variabel-variabel tertentu yang memengaruhi kesejahteraan masyarakat.

Pada intinya, Bentham mengembangkan Hedonistic Calculus karena ia ingin memberikan dasar ilmiah dan terukur untuk etika utilitarianismenya. Dengan merinci kriteria-kriteria tersebut, ia berharap dapat membimbing manusia dalam mengambil keputusan yang lebih baik, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam merancang struktur sosial dan hukum. Meskipun metodenya telah mendapat kritik dan perdebatan, kontribusinya tetap relevan dalam sejarah pemikiran etika, memberikan landasan bagi pemikiran etika konsekuensialis dan terus menginspirasi perdebatan filosofis tentang sifat kebaikan dan moralitas.

Bagaimana Hedonistic Calculus dapat diterapkan untuk menganalisis fenomena kejahatan korupsi?

Hedonistic Calculus, yang diusulkan oleh Jeremy Bentham, dapat diaplikasikan secara relevan untuk menganalisis fenomena kejahatan korupsi yang kompleks. Ketika diterapkan pada konteks kejahatan korupsi, Hedonistic Calculus menyediakan kerangka kerja yang dapat membantu dalam memahami dan mengevaluasi dampak dari tindakan korupsi terhadap masyarakat. Analisis ini melibatkan penerapan kriteria-kriteria seperti intensitas, durasi, kepastian, jumlah, dan variabel lainnya yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kebahagiaan atau penderitaan yang mungkin timbul dari perbuatan korupsi.

Pertama-tama, dalam konteks intensitas, Hedonistic Calculus dapat membantu mengukur sejauh mana tindakan korupsi tersebut memiliki dampak pada kebahagiaan atau penderitaan. Tergantung pada skala dan lingkup korupsi, intensitas dapat bervariasi. Misalnya, korupsi yang melibatkan jumlah uang besar atau kebijakan yang merugikan banyak orang dapat dianggap memiliki intensitas tinggi karena dampaknya yang signifikan terhadap kebahagiaan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun