Berbagai kemajuan yang sedang bergulir, disertai pula dengan adanya dekandensi moral yang menjadi penumpang gelap. Kemerosotan moral, sikap serba masa bodo dan cenderung 'nakal' yang mereka perlihatkan, sebagiknya disikai dingin dengan pendekatan yang baik. Hal ini untuk menekan angka pelanggaran yang seolah mereka tunjukkan sebagai ajang "cari perhatian" dan "aktualisasi" diri.Â
Dengan pendekatan yang humanis, mengayomi dan merangkul generasi calon pemimpin di periode puncak bonus demografi 2045 ini, tentu kita telah ikut mengawal "harta karun" bangsa ini.Â
Berbagai system pendidikan, sebaiknya mulai menerapkan pola-pola yang terpadu---untuk membentuk generasi yang yang seimbang antara intak dan ipteknya. Sebagi misal, sekolah-sekolah menerapkan kruikulum Islam Terpadu, sebagai jawaban atas adanya masalah dikotomi---Sekolah Umum dan Agama.
Terakhir, pemerintah tentu menjadi sandaran pokok dari sisi kebijakan pendidikan. Termasuk di dalamnya terkait dengan nasib para guru. Menyiapkan generasi emas 2045 tentu harus juga menyiapkan para guru yang akan mengawal rencana dan target besar---mengubah peluang menjadi keuntungan pada puncak "Bonus Demografi" nanti.Â
Negara harus benar-benar hadir, anggaran pendidikan yang sudah dicanangkan sebesar 20% itu harus bisa dimaksimalkan penggunaannya. Akhirnya, jika semua bisa bersinergi dan berkolaborasi, pemuda yang digadang-gadang sebagai harapan bangsa benar-benar teruwujud. Mari, bergandengan tangan memanfaatkan peluang, dan menjadikannya momen kebangkitan!
*)Penulis adalah pendidik, editor dan penulis
Referensi:
Â
2. Â https://keluargaindonesia.id/kabar/generasi-emas-2045-harta-karun-itu-bernama-bonus-demografi
3. Â https://www.wartaekonomi.co.id/read118955/momentum-bonus-demografi-jangan-sampai-lepasÂ