***
Contoh Pentigraf yang lainnya seperti pentigraf berikut ini:
Suwung
Oleh: Apriliyantino, dalam "The Red Circle"
Alya masih sendiri. Ruang di hatinya masih kosong. Ia sengaja menutup rapat pintunya. Sengaja membiarkannya tanpa penghuni. Suwung. Bertahun-tahun kini, musim berganti berulang kali, hatinya tetap terkunci. Tak ingin mengulang kidung lama yang membawa luka, Alya memilih berkelana.
Entah keberapa kalinya Alya singgah di rumah kami. Ia merasa nyaman mampir di desa kami, katanya. Udara yang sejuk, penduduk kampung yang ramah dan aneka kuliner khas Palembang yang memanjakan siapapun dia yang datang. “Saya mau menetap di sini suatu hari nanti,” ujarnya suatu sore yang sepi. “Oh ya? Kamu mau pindah ke sini, di kota Pempek ini?” kucoba memastikan kesungguhan rencananya. Alya mengangguk. Kulihat pandangannya menerawang jauh. Di kejauhan, pulau Kemarau tampak terapung sendirian di tengah sungai Musi. “Aku ingin punya suami orang sini,” ia bergumam pelan. Lalu menyeruput kopi asli Pagaralam dan menghabiskan pempek yang kusuguhkan.
Alya semakin sering ke rumah kami. Semakin akrab dengan keluarga besar kami. Aku pun, sebagai sahabat lamanya, telah menganggapnya sebagai saudara, menjadi bagian dari keluarga kami. Setiap kedatangannya, kami sambut dengan senang hati. Hari ini dia bercerita, bahwa hatinya telah terbuka untuk menerima cinta dari seorang lelaki. Sambil memelukku, ia membisikkan sesuatu ketelingaku. “Maafkan aku kak, lelaki itu Johan.” Kau tahu, dia suamiku.
***
Oh ya, saya juga akan sertakan PENTIGRAF yang ditulis oleh Prof. Tengsoe berikut ini:
#Rumpun Bambu Tepi Sungai, karya Tengsoe Tjahjono#
Pak Kamdi terdiam menatap buldoser yang dengan pasti dan dingin merobohkan rumpun bambu di tepi sungai itu. Rumpun bambu itu telah puluhan tahun hidup di situ. Kabar burung mengatakan akan dibangun sebuah apartemen di tempat itu. Apartemen yang akan menjulang 30 lantai.