"Maaf mbak, cari siapa nggih ?" sebuah suara mengagetkanku.Â
Sontak aku menoleh ke arah suara tersebut. Dari rumah sebelah, seorang wanita paruh baya berbaju lengan panjang warna biru menghampiriku. Nampaknya ibu ini tetangga Yanti.Â
"Saya mencari Yanti, bu. Saya Elma, temannya, "ujarku santun.
"Nak Elma tinggal di mana? " ibu itu bertanya kepadaku.Â
"Saya tinggal di Jakarta, bu," jawabku.Â
Ibu itu memandangku dengan tatapan yang sulit kuketahui artinya. Ia menarik nafas perlahan, kemudian berkata dengan suara pelan,Â
"Nak Yanti telah berpulang kepada sang Pencipta, nak. Nak Yanti sudah meninggal. "
Dus kue yang kubawa sebagai oleh-oleh terlepas begitu saja dari tanganku dan terhempas di tanah hingga hancur berceceran kue di dalamnya. Lututku gemetar. Aku rasanya tak ingin mempercayai apa yang baru saja kudengar. Mataku terasa panas dan sebulir air meluncur dari sudut mataku, diikuti bulir-bulir air mata berikutnya. Pandangan mataku jadi buram terhalang air mata.
"Nak Yanti meninggal tanggal 13 maret yang lalu, karena kanker payudara stadium akhir, "ibu tetangga Yanti bercerita, "rumah nak Yanti sepi, orang tuanya sedang berada di rumah yang di Solo."
Yanti meninggal tanggal 13 maret? aku mengerutkan dahi, mencoba mengingat-ingat sesuatu, dan yah... Â tanggal 13 maret, itu adalah tanggal dimana Yanti mendatangiku di mimpi pertama kalinya.Â
Pantas saja di dalam mimpi-mimpiku setelah bertemu dan menghabiskan waktu dengan Yanti, ia selalu pergi atau menjauh dariku,entah kemana. Dan di mimpi terakhir, ia mengatakan tak bisa mengantarku pulang. Lalu ia memelukku dan menjauh pergi dariku seraya melambaikan tangannya ke arahku. Ternyata ... ia tak bisa mengantarku karena ia telah berpindah alam kini. Ia pamit.Â