Melalui kerangka ini, Ranggawarsita memberikan gambaran siklus sejarah yang tak terhindarkan—di mana setiap peradaban melewati fase kejayaan, kemunduran, dan kehancuran. Konsep ini relevan dengan fenomena sosial-politik modern, termasuk korupsi yang mengakar di Indonesia.
2. Kalasuba: Zaman Keemasan dan Idealitas yang Hilang
Kalasuba menggambarkan zaman yang dipenuhi dengan harmoni antara pemimpin dan rakyat. Pada masa ini, pemimpin memerintah dengan bijaksana dan penuh integritas, sedangkan rakyat menikmati keadilan, kemakmuran, dan keamanan. Sistem pemerintahan berjalan lancar tanpa adanya penyimpangan, dan masyarakat hidup dalam kebahagiaan. Ranggawarsita melihat era ini sebagai masa yang ideal—sebuah utopia yang pernah ada atau setidaknya diidamkan oleh masyarakat Jawa pada zamannya.
Namun, dalam konteks Indonesia modern, Kalasuba dapat diartikan sebagai cita-cita yang sulit diraih. Meskipun Indonesia pernah menikmati masa-masa stabilitas dan kemajuan, terutama pada masa pasca-kemerdekaan dan beberapa dekade berikutnya, kondisi ideal ini perlahan memudar seiring dengan berkembangnya masalah-masalah internal, termasuk ketidakstabilan politik, ketidakadilan sosial, dan munculnya praktik korupsi. Era reformasi yang diawali dengan harapan tinggi akan perubahan politik dan perbaikan sistem, kini sering dianggap gagal dalam memenuhi ekspektasi banyak pihak. Pada tingkat tertentu, Kalasuba menjadi simbol dari idealitas yang hilang—sebuah masa keemasan yang diinginkan namun sulit dicapai dalam realitas.
Di era modern, Kalasuba bisa dibandingkan dengan periode-periode awal negara baru yang idealis. Ketika Indonesia pertama kali merdeka, cita-cita proklamasi adalah untuk menciptakan negara yang adil, makmur, dan sejahtera. Namun, realitas politik dan ekonomi Indonesia kemudian mengalami tantangan besar yang membuat impian tersebut sulit dicapai. Masyarakat sering meromantisasi masa lalu sebagai Kalasuba, sebuah masa di mana korupsi tidak merajalela, dan pemerintahan dipegang oleh tokoh-tokoh nasionalis yang tulus.
3. Kalatidha: Era Ketidakpastian dan Krisis Kepercayaan
Gambaran Bait ke-7 dalam Serat Kalatidha
Bait ke-7 dalam Serat Kalatidha menjadi bagian yang paling dikenal, karena mengandung makna mendalam tentang kondisi "jaman edan." Berikut adalah bait ke-7 dalam bahasa Jawa beserta terjemahannya dalam bahasa Indonesia:
Teks dalam Bahasa Jawa
Amenangi jaman edan,
Ewuh aya ing pambudi,