Warren Bennis memaknai kepemimpinan sebagai kemampuan untuk menciptakan visi masa depan yang membangkitkan semangat dan menginspirasi orang lain untuk mewujudkan visi tersebut (Ummatin, B. N. U et al., 2024). Sedangkan, Gaya kepemimpinan adalah pola tindakan seorang pemimpin, baik yang terlihat maupun tidak terlihat oleh bawahannya, yang mencerminkan kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, dan sikap yang mendasari perilaku seseorang. Gaya kepemimpinan mencerminkan keyakinan seseorang terhadap kemampuan bawahannya (Supriyadi, H., 2018).
Kesimpulan yang dapat di ambil adalah bahwa kepemimpinan melibatkan seni mempengaruhi orang lain, kemampuan untuk mendapatkan pengikut, dan kemampuan untuk menciptakan visi yang menginspirasi. Gaya kepemimpinan merupakan pola tindakan yang mencerminkan kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, dan sikap seseorang dalam memimpin.
Berbicara terkait dengan gaya kepemimpinan, Dr. Ir. H. Soekarno terkenal dengan gaya kepemimpinan karismatik. Gaya kepemimpinan karismatik adalah gaya kepemimpinan yang ditandai oleh kemampuan seorang pemimpin untuk mempengaruhi, menginspirasi, dan memotivasi orang lain dengan cara yang kuat dan meyakinkan (Efitia et al 2019).Â
Pemimpin karismatik mampu menciptakan hubungan emosional yang mendalam dengan para pengikutnya, sehingga mereka merasa terhubung secara pribadi dengan visi dan tujuan yang diusung oleh pemimpin. Pemimpin karismatik seringkali memiliki karisma yang kuat, daya tarik personal yang luar biasa, serta kemampuan untuk membawa perubahan dan menciptakan perubahan yang signifikan dalam organisasi atau masyarakat.
Ir. Sukarno terkenal dengan gaya pemerintahannya yang karismatik karena kemampuannya dalam mempengaruhi dan memotivasi jutaan rakyat Indonesia. Dia mampu mengubah persepsi orang, membuat individu menuruti perintahnya, dan melakukan apa yang diinginkannya.Â
Kemampuan Bung Karno dalam melakukan mobilisasi, pengaruh dan kebijaksanaan telah menyatukan berbagai suku, agama dan golongan menjadi satu kesatuan yang disebut Negara Kesatuan Republik Indonesia. Melalui pemikirannya, Soekarno perlu membentuk masyarakat Indonesia untuk hidup bebas, tanpa harus terikat apalagi meminta ke luar negeri atau mengajar. Kemampuan Bung Karno dalam menciptakan lingkungan yang memotivasi berdasarkan komitmen dan karakter yang penuh gairah dalam visi, pemikiran, dan gaya otoritasnya menjadikannya contoh nyata seorang pionir karismatik yang sulit ditemukan dalam tampilannya.
Bukti kewibawaan karismatik dapat dilihat dari hubungan antara pionir dan pendukungnya. Seorang pionir yang karismatik mempunyai pengaruh yang mendalam dan luar biasa bagi para pengikutnya. Penganut merasa bahwa keyakinan pemimpin merupakan ganti rugi, mereka bersedia mematuhi pemimpin, mereka merasakan kasih sayang terhadap pemimpin, dengan tulus terlibat dalam misi kelompok atau organisasi, mereka memiliki tujuan pelaksanaan yang tinggi, dan mereka menerima bahwa mereka dapat berkontribusi pada keberhasilan misi. Dengan kata lain, pionir yang kharismatik mampu menjalin ikatan antusias yang kuat dengan pendukungnya, sehingga terpacu untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan pionir.
Ir. Soekarno cenderung menunjukkan bahwa pemimpin karismatik, meskipun memiliki daya tarik dan pengaruh yang besar, juga rentan terhadap beberapa masalah yang dapat merugikan organisasi atau masyarakat yang dipimpinnya. Beberapa kelemahan gaya kepemimpinan karismatik antara lain :
a.Mengambil keputusan berisiko: Pemimpin karismatik cenderung percaya bahwa keputusan yang mereka ambil selalu benar karena pengikut mereka telah terlanjur percaya.
b.Ketergantungan yang tinggi: Pengikut yang terlalu tergantung pada pemimpin karismatik sulit untuk berkembang dan menciptakan regenerasi pemimpin yang kompeten di masa depan.
c.Kesulitan dalam konsistensi: Pemimpin karismatik seringkali mampu menarik orang untuk mengikuti mereka, tetapi kesulitan dalam mempertahankan konsistensi dalam tindakan dan perkataan mereka, yang dapat mengecewakan pengikutnya.