Sudah seperti apa dia sekarang, masihkah menulis puisi? Ah, Jogja, selalu berhasil membangkitkan ruh-ruh kenangan dari kuburan ingatan yang sudah lama tidak kutemui.
“Kamila”
Tiba-tiba suara seseorang mengagetkanku. Naufal rupanya masih berada di sampingku ternyata. Mengenang penyairku membuatku lupa akan kehadirannya. Sebenarnya aku tak ingin mengingat lagi. Tapi bagaimana, kenangan selalu meruang. Pada setiap tempat, meski waktu telah jauh bergerak.
“Apa yang kau renungkan, Kamila?”
“Seorang penyair.”
“Aku?” tanyanya sambil tersenyum kecil
“Bukan. Penyairku di masa lalu.”
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!