Awalnya Dino tidak begitu mengindahkan kemampuan janggal itu. Ia menganggap bahwa semuanya kebetulan belaka. Namun, kenyataan telah membuktikan bahwa kebetulan itu tidak hanya terjadi satu kali, tetapi terus menerus sampai ia sendiri akhirnya percaya.
Di kelas, saat ujian mencongak, ia dapat menerka apa yang sedang dipikirkan gurunya. Sebelum soal dibacakan, ia sudah menulis jawabannya di lembar jawab. Teman-teman Dino yang penasaran, bertanya-tanya bagaimana ia bisa selalu menempati prestasi di posisi teratas.
"Sebenarnya bukan karena belajar giat atau rajin ke bimbingan belajar, sih," ujar Dino. Lalu, ia pun menceritakan bakat aneh tersebut pada teman-temannya. Mendengar penuturan itu, tidak ada satu pun teman yang percaya. Mereka menuduh Dino hanya membual dan pelit untuk berbagi tips yang berkenaan dengan cara belajar.
Sampai akhirnya, setiap anak membuktikan dengan cara bergiliran mengikuti keseharian Dino. Bahkan, mereka yang laki-laki sampai membuat jadwal menginap di mana masing-masing anak mendapat giliran menemani Dino menjalani rutinitasnya.
Dan benar saja, ternyata di rumah, Dino tidak pernah belajar. Waktu senggangnya hanya dihabiskan dengan berdiam diri dan melamun. Saat mengikuti bimbingan belajar, Dino hanya berpura-pura memperhatikan dan mengangguk sesekali, sedang tatapan matanya kosong.
Selama satu bulan, teman-teman Dino hadir bergantian. Para asisten di rumah pun justru senang, sebab mereka tidak harus menemani Dino sehingga dapat melakukan aktivitas lain, semisal bersantai atau bermalas-malasan. Dari pengamatan yang telah dilakukan, akhirnya teman-teman Dino percaya bahwa Dino memang berbeda dari kebanyakan.
***
Kini, Dino sudah menginjak kelas enam, artinya tidak lama lagi ia menghadapi ujian kelulusan. Penetapan ujian akhir berstandar nasional dari pemerintah tak ayal membuat para siswa khususnya yang kelas enam, ketakutan.Â
Setiap kali guru mengucapkan kalimat yang mengandung kata-kata detik-detik-ujian-nasional, secara tidak sadar keringat dingin menetes dari kening para siswa. Mereka semua diwajibkan menyusuri toko buku dan membeli buku-buku yang memuat kata-kata detik-detik-ujian-nasional. Konon, buku tersebut memuat prediksi soal yang akurat.
Hampir semua siswa kelas enam cemas dan khawatir, kecuali empat puluh siswa di kelas Dino. Pada saat hari-H, tidak tampak sedikit pun dari mereka yang menunjukkan wajah-wajah ketakutan. Sebaliknya, raut wajah mereka tenang dengan senyum yang menghiasi bibir.
Guru-guru di sekolah Dino tentu saja senang karena mendapati siswanya yang mampu menguasai keadaan. Para pengajar itu yakin, bahwa mereka sudah semaksimal mungkin dalam mengajarkan materi pelajaran. Lagi pula Try Out yang dilakukan secara bertahap juga menunjukkan hasil yang aman bahkan memuaskan. Itu semua cukup menjanjikan bagi para guru untuk optimis menunggu pengumuman.