Peristiwa keracunan massal di masa silam itulah yang menjadi penanda awal bahwa Dino benar-benar memiliki kemampuan khusus berupa indra keenam. Hanya dengan mengikuti suara batin, ia dapat menerawang sesuatu yang belum terjadi.
Beberapa kali, tidak jarang rumahnya selalu ramai oleh kedatangan teman-temannya, khususnya yang sekelas dengannya di sekolah. Ketika datang masa-masa ujian---baik ujian harian, ujian tengah semester, atau ujian akhir sekolah---mereka dengan kompak menyambangi Dino hanya untuk menanyakan soal-soal yang sekiranya keluar pada lembar pertanyaan.
 "Dino, gambar wayang apa yang kira-kira akan ditanyakan besok?" salah satu teman bertanya perihal kemungkinan soal mata pelajaran Bahasa Jawa yang akan diujikan esok hari.
"Akan ada empat bayangan berjajar. Semuanya menghadap ke arah yang sama, tetapi dengan bentuk yang berbeda-beda. Salah satu di antaranya mempunyai pantat paling besar. Ada juga yang rambutnya dikucir, lancip mencuat ke atas." Dino menjelaskan dengan panjang lebar.
"Ah, itu pasti Punakawan. Hei, Ilham," Ramzi yang merupakan ketua kelas, berkata sembari menoleh ke arah Ilham, lalu melanjutkan instruksi, "cepat catat. Ingat! Malam ini kita harus menghafalkan nama-nama mereka."
Tangan-tangan yang lain pun ikut mencatat di lembaran kertas yang disobek dari masing-masing buku mereka.
Kenyataanya, tidak hanya sekali itu Dino dicecar pertanyaan, melainkan hampir di semua mata pelajaran. Orang yang ditanya pun tidak keberatan sama sekali dan justru dengan senang hati selalu menjawab, tanpa terkecuali.
Orang tua Dino tidak tahu-menahu akan hal ini. Sedikit aneh, memang, bahwa tidak ada satu pun penghuni rumah yang menyadari bahwa Dino memiliki kemampuan luar biasa---yang tidak dimiliki orang-orang pada umumnya.Â
Papa dan mama Dino selalu sibuk dengan urusan masing-masing. Lantaran suami istri beranak tunggal itu merasa sudah melaksanakan kewajiban dengan menyekolahkan Dino dan menitipkannya pada asisten rumah tangga, keduanya biasa pergi ke luar kota hingga berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan lamanya. Entah untuk urusan pekerjaan ataupun yang lainnya.Â
Bahkan demi menunjang prestasi akademik, Dino dimasukkan pada lembaga bimbingan belajar terbaik sekaligus termahal di kotanya. Anak itu memang selalu mendapat peringkat di kelasnya, termasuk peringkat paralel di sekolah---namanya selalu tercantum dalam daftar tiga besar yang terbaik.Â
Orang tuanya tidak tahu, kalau itu semua terjadi bukan karena hasil dari bimbingan belajar atau ketekunan anaknya, melainkan berkat kemampuan indra keenam yang dimiliki si anak. Penerawangan yang selalu tepat, telah mengantarkannya menjadi siswa yang berprestasi.