Mohon tunggu...
Prof Dr Apridar SE M Si
Prof Dr Apridar SE M Si Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Syiah Kuala

Guru besar ilmu ekonomi studi pembangunan Rektor Universitas Islam Kebangsaan Indonesia (apridar@unsyiah.ac.id)

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Libido Pengurasan Energi Tidak Terbarukan

3 April 2023   00:00 Diperbarui: 3 April 2023   00:03 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

NON-RENEWABLE merupakan energi tak terbarukan yaitu energi yang diperoleh dari sumber daya alam yang waktu pembentukannya sampai jutaan tahun. Energi ini dikatakan tak terbarukan karena, apabila sumber daya tersebut sudah digunakan, akan memerlukan waktu yang sangat lama untuk menggantikannya.

Hal ini karena, disamping memerlukan waktu yang sangat lama untuk terbentuk, proses pembentukan sumber daya ini pun sangat bergantung pada lingkungan sekitar serta keadaan geologi saat itu.

Contoh dari Energi tak terbarukan yang sangat dikenal, yaitu bahan bakar fosil seperti batu bara, gas alam, dan minyak bumi. Batu bara sendiri terbentuk dari proses pengendapan serta perubahan kayu-kayu besar yang tertimbun didalam rawa-rawa. Proses ini memakan waktu jutaan tahun dan memerlukan kondisi lingkungan yang spesifik, yaitu pengendapan dan penimbunan kayu-kayu pepohonan dalam suatu kawasan rawa-rawa.

Sedangkan, minyak bumi atau minyak mentah merupakan senyawa hidrokarbon yang berasal dari sisa-sisa kehidupan purbakala (fosil), baik berupa hewan, maupun tumbuhan. Umumnya, sisa-sisa fosil hewan dan tumbuhan tersebut akan berubah menjadi senyawa minyak setelah terkubur di perut bumi selama jutaan tahun.

Oleh karena itu, kita dapat menyimpulkan bahwa energi tidak terbarukan memerlukan waktu yang sangat lama untuk ber-regenerasi.

Dewasa ini di berbagai negara di belahan dunia, aktivitas pencarian energi alternatif untuk menggantikan energi tak terbarukan tengah digalakkan, biasanya dengan melakukan penelitian khusus mengenai kandungan senyawa kimiawi terhadap spesies tumbuhan tertentu, dilanjutkan dengan berbagai proses percobaan, agar energi yang dihasilkan setara dengan atau paling tidak, mendekati besarnya energi yang diperoleh dari sumber energi tak terbarukan itu.(wikipedia.org)

PT Pembangunan Aceh (PEMA) Merupakan Badan Usaha Milik Daerah Aceh (BUMD) yang sahamnya 100% dimiliki Pemerintah Aceh, didirikan yang untuk tujuan meningkatkan pembangunan, perekonomian serta Pendapatan Asli Aceh.

Tujuan yang sangat mulia tersebut sepertinya belum terseleksi dengan baik dan bijaksana, dimana penterjemahan terhadap peningkatan pembangunan perekonomian lebih pada oriantisi pada pendapatan jangka pendek dengan cara menguras berbagai potensi sumber daya alam untuk dapat dirupiahkan.

Sepak terjang perusahaan milik pemerintah Aceh "PEMA" lebih mencuat pada aktivitas eksplorasi dan eksplotasi minyak dan gas bumi di daerah yang menerapkan syariat Islam.

Kegiatan industri dan perdagangan terkesan kurang menonjol dalam berbagai aktivitas yang dilakukan. Dengan kalimat lain, seakan-akan pembangunan akan terjadi apabila perusahaan milik pemerintah Aceh tersebut mampu mengeksplotasi minyak dan gas bumi lebih optimal.

Untuk dapat menguras minyak bumi setiap sumur yang akan dibuka, memerlukan anggaran sekitar 300 juta $AS. Dengan modal pengurasan yang begitu besar, namun belum dapat memastikan perolehan minyak dan gas bumi yang diharapkan. Pertaruhan terhadap resiko yang begitu besar, tidak membuat para engineer turun semangatnya. Bahkan mereka selalu memperlihatkan kedisiplinan serta kinerja yang luar biasa dalam menguras energi tak terbarukan tersebut.

Para pemilik modal dengan keyakinan penuh akan selalu berupaya maksimal untuk menggelontorkan anggaran dengan harapan dapat mengeplotasi rahmat Allah yang berada dalam perut bumi Aceh.

Dengan mengunakan teknologi digitalisasi foto satelit, yang dilanjutkan dengan seismik yang dilakukan dengan kapal dilepas pantai atau kenderaan alat berat di daratan. Setelah potensi sumber daya alam yang tersembunyi tersebut mampu mereka ketahui, sehingga muncul keinginan yang begitu besar untuk segera menguras migas untuk diperdagangkan dalam bentuk minyak mentah atau petroleum.

Setelah diolah minyak mentah di luar negeri seperti singapure, biasanya minyak jadi tersebut kembali dijual ke dalam negeri. Sehingga nilai tambah yang diterima Singapore lebih tinggi dibandingkan pemilik minyak mentah itu sendiri. Namun konsep dagang yang telah diikat dalam perjanjian jangka panjang, tidak mungkin dirubah sehingga ketentuan tersebut sudah menjadi kebiasan yang berlaku dalam perdagangan luar negeri.

Minyak bumi pertama sekali ditemukan oleh bangsa Cina pada tahun 347 setelah masehi yang menggunakan bambu mereka mampu mengebor hingga 243 meter dan mendapatkan minyak untuk pertamakali.

Di Benua Amerika berhasil membangun migas pertama di Ontario Canada pada tahun 1858. Kemudian pada tahun 1920-1940 perkembangan  migas mengalami kemajuan pesat yaitu dimulainya pengeboran oupsour lepas pantai. Pada tahun 1981 pengeboran lepas pantai secara horizontal hingga saat ini telah berhasil dilakukan.

Perusahaan pengeboran migas terbesar milik Amerika seperti ExxonMobil, Chevron, ConocoPhillips, Duke Energy, Enterprise Produsts dan lain sebagainya, lebih banyak melakukan pengeboran minyak di luar negaranya.

Walaupun potensi migas mereka masih banyak, namun mereka lebih senang mengimpor migas dari berbagai negara untuk kebutuhan energi masyarakatnya. Bahkan migas yang yang diimpor, disimpan dalam bunker2 untuk konsumsi energi jangka panjangnya.  Migas yang berada dalam perut bumi Amerika tidak disentuh, namun disimpan untuk keperluan anak cucu mereka.

Pengelolaan canangan energi sangat ketat mereka lakukan demi ketahanan energi bangsa yang lebih panjang. Penerapan energi terbarukan seperti energi matahari, energi angin, energi panas bumi, energi biomasa dan lain sebagainya semakin di galakan oleh pemerintah. Penelitian serta insentif untuk menemukan berbagai energi terbarukan dilakukan dengan massif. Hasil temuan serta inovasi lembaga research lebih banyak digunakan untuk menutupi kekurangan energi bangsanya.

Berbeda halnya yang sering dilakukan oleh negeri berkembang seperti Indonesia. Mereka sangat senang menggunakan energi tak terbarukan secara instan untuk kebutuhan energinya. Libido untuk melakukan pengurasan energi sangat tinggi dengan resiko pencemaran udara dan merusak lingkungan semakin parah, namun keinginan menguras asupan energi milik anak cucu sudah menjadi tindakan yang lumrah.

Saatnya Aceh menyikapi kebijakan terhadap penggunaan energi yang lebih cerdas. Melalui PT PEMA Aceh harus mampu  memanfaatan Crude Palm Oil (CPO) sawit yaitu minyak nabati yang melimpah tersebut untuk proses pembuatan berbagai  produk  serta turunannya yang lebih banyak lagi. Harga minyak extrak sawit CPO yang sangat murah tersebut saatnya dimanfaatkan sebagai bahan bakar biodiesel selain digunakan sebagai bahan baku kosmetik, pakan ternak, sabun danlain sebagainya.

Pengolahan serta inovasi sektor pekebunan pada dasarnya lebih mudah dan murah dibandingkan tindakan terhadap explotasi migas yang memang memiliki resiko serta perusakan lingkungan lebih tinggi. Indonesia sebagai negara penghasil kelapa sawit terbesar dunia memproduksi 43,5 juta ton setiap tahunya serta melakukan ekspor ke berbagai negara seperti India, Pakista, Afrika danlain sebagainya.

Menjadikan Aceh sebagi pusat pengolahan CPO lebih memiliki nilai guna dari pada sibuk dengan pengurasan migas yang memang banyak sekali kemudaratannya.

Pemilik bumi, langit, serta seluruh isinya sangat membenci orang yang melakukan pengrusakan terhadap bumi yang telah Allah diciptakan dengan sempurna.

Namun manusia sering mengatakan bukan merusak, tetapi melakukan pembangunan. Pengumpulan pundi-pundi rupiah hasil pengurasan lingkungan, semestinya tidak masuk dalam katagori Pembangunan Aceh yang bermartabat.

Saatnya Aceh berada digarda terdepan dalam menciptakan inovasi serta meningkatkan pemenfaatan energi terbarukan. Semoga kita mampu mengelola energi untuk ketahanan masa depan yang lebih cemerlang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun