Para pemilik modal dengan keyakinan penuh akan selalu berupaya maksimal untuk menggelontorkan anggaran dengan harapan dapat mengeplotasi rahmat Allah yang berada dalam perut bumi Aceh.
Dengan mengunakan teknologi digitalisasi foto satelit, yang dilanjutkan dengan seismik yang dilakukan dengan kapal dilepas pantai atau kenderaan alat berat di daratan. Setelah potensi sumber daya alam yang tersembunyi tersebut mampu mereka ketahui, sehingga muncul keinginan yang begitu besar untuk segera menguras migas untuk diperdagangkan dalam bentuk minyak mentah atau petroleum.
Setelah diolah minyak mentah di luar negeri seperti singapure, biasanya minyak jadi tersebut kembali dijual ke dalam negeri. Sehingga nilai tambah yang diterima Singapore lebih tinggi dibandingkan pemilik minyak mentah itu sendiri. Namun konsep dagang yang telah diikat dalam perjanjian jangka panjang, tidak mungkin dirubah sehingga ketentuan tersebut sudah menjadi kebiasan yang berlaku dalam perdagangan luar negeri.
Minyak bumi pertama sekali ditemukan oleh bangsa Cina pada tahun 347 setelah masehi yang menggunakan bambu mereka mampu mengebor hingga 243 meter dan mendapatkan minyak untuk pertamakali.
Di Benua Amerika berhasil membangun migas pertama di Ontario Canada pada tahun 1858. Kemudian pada tahun 1920-1940 perkembangan  migas mengalami kemajuan pesat yaitu dimulainya pengeboran oupsour lepas pantai. Pada tahun 1981 pengeboran lepas pantai secara horizontal hingga saat ini telah berhasil dilakukan.
Perusahaan pengeboran migas terbesar milik Amerika seperti ExxonMobil, Chevron, ConocoPhillips, Duke Energy, Enterprise Produsts dan lain sebagainya, lebih banyak melakukan pengeboran minyak di luar negaranya.
Walaupun potensi migas mereka masih banyak, namun mereka lebih senang mengimpor migas dari berbagai negara untuk kebutuhan energi masyarakatnya. Bahkan migas yang yang diimpor, disimpan dalam bunker2 untuk konsumsi energi jangka panjangnya. Â Migas yang berada dalam perut bumi Amerika tidak disentuh, namun disimpan untuk keperluan anak cucu mereka.
Pengelolaan canangan energi sangat ketat mereka lakukan demi ketahanan energi bangsa yang lebih panjang. Penerapan energi terbarukan seperti energi matahari, energi angin, energi panas bumi, energi biomasa dan lain sebagainya semakin di galakan oleh pemerintah. Penelitian serta insentif untuk menemukan berbagai energi terbarukan dilakukan dengan massif. Hasil temuan serta inovasi lembaga research lebih banyak digunakan untuk menutupi kekurangan energi bangsanya.
Berbeda halnya yang sering dilakukan oleh negeri berkembang seperti Indonesia. Mereka sangat senang menggunakan energi tak terbarukan secara instan untuk kebutuhan energinya. Libido untuk melakukan pengurasan energi sangat tinggi dengan resiko pencemaran udara dan merusak lingkungan semakin parah, namun keinginan menguras asupan energi milik anak cucu sudah menjadi tindakan yang lumrah.
Saatnya Aceh menyikapi kebijakan terhadap penggunaan energi yang lebih cerdas. Melalui PT PEMA Aceh harus mampu  memanfaatan Crude Palm Oil (CPO) sawit yaitu minyak nabati yang melimpah tersebut untuk proses pembuatan berbagai  produk  serta turunannya yang lebih banyak lagi. Harga minyak extrak sawit CPO yang sangat murah tersebut saatnya dimanfaatkan sebagai bahan bakar biodiesel selain digunakan sebagai bahan baku kosmetik, pakan ternak, sabun danlain sebagainya.
Pengolahan serta inovasi sektor pekebunan pada dasarnya lebih mudah dan murah dibandingkan tindakan terhadap explotasi migas yang memang memiliki resiko serta perusakan lingkungan lebih tinggi. Indonesia sebagai negara penghasil kelapa sawit terbesar dunia memproduksi 43,5 juta ton setiap tahunya serta melakukan ekspor ke berbagai negara seperti India, Pakista, Afrika danlain sebagainya.