Itulah pengalaman kami dengan karpet ajaib, karena setiap tarawih dan selama tinggal di Cariu, ibu selalu mengeluarkan karpet itu untuk kami bawa ke Aula Balai Desa.
Tapi sekarang setelah kami dewasa, dan sering berkumpul, kisah-kisah masa kecil itu bisa membuat kami tertawa sampai keluar airmata. Begitu konyolnya kami setiap berangkat shalat tarawih, gotong-gotong karpet padahal lebih simpel bawa sajadah masing-masing dan tidak mengganggu jamaah lain. Tapi saat itu tidak terpikir dan kami manut perintah orangtua. Hehehe
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H