"Aku mencintai. Aku mencintaimu! Jangan tinggalkan aku..." rintihku sambil memeluk kepalamu di atas pangkuanku.
Saat itu aku meraung keras sambil mendekap tubuhmu, aku tak peduli darahmu membasahi baju dan wajahku, aku tak peduli bau amis darah di wajahmu, aku terus menciumi wajahmu. Aku mendekapmu sepenuh jiwa, tak ingin lepas, aku berontak saat mereka menarik tubuhku agar melepaskan pelukanku di jazadmu.
Sayang,
Tak lama setelah itu aku tak sadarkan diri, dan yang terakhir aku ingat adalah ketika tubuhku ditarik paksa oleh Pasukan Khusus berlambang Burung Hantu dengan seragam hitam dan selalu memanggul senapan serbu saat mereka berusaha melepaskan pelukanku di tubuhmu.
Sayang,
Semenjak kematianmu aku tidak pernah berhenti mencari tahu masa lalumu, hingga satu persatu misteri tentang jejak masa lalumu itu mulai terbuka satu persatu, aku bertemu dengan orang kepercayaanmu yang pernah engkau titipi surat buatku.
Di tempat yang terpencil, setelah membaca isi suratmu, akhirnya aku tahu ternyata selama ini engkau tidak pernah benar-benar pergi jauh dariku.
Sayang,
Aku tinggalkan kota kelahiran kita, di tempat baru, tidak jauh dari tempat peristirahatanmu yang terakhir, aku ingin memulai hidup baru. Aku bawa serta anak-anak tinggal di kota tempat di mana jazadmu ini dimakamkan.
Sayang,
Aku ingin jika suatu saat aku pergi menghadap Tuhanku, aku ingin jazadku ini di makamkan di sebelah makammu.