Bulan Ramadhan adalah berkah untuk mama Tiara. Setiap Ramadhan dimulai, mama selalu berjualan rujak bubur. Rujak bubur adalah hidangan khas bulan Ramadhan di kota tempat tinggal Tiara.
[caption caption="FC Fiksi Kuliner"][/caption]
Tiara selalu mendapat tugas belanja sebelum berangkat sekolah. Mentimun, cabai rawit, dan kripik te'te, yang terbuat dari singkong dibeli sebagai bahan rujak.
Mama selalu menyiapkan petis ikan banyak. Bukan petis udang. Rasanya berbeda. Petis ikan berasa asin. Petis udang lebih gurih. Rujak dengan petis ikan selalu disebut rujak Madura. Namun, rujak Madura bukan rujak Bubur. Rujak Madura dibuat dengan tumbukan kacang, pisang muda dan cabe serta petis ikan. Rujak bubur dibuat dari cabe dan petis yang diulek dengan cacahan mentimun sehingga berair dan disiramkan pada bubur.
Bubur dibuat dari beras yang dimasak dengan santan. Gurih biasanya. Diberi pelengkap mie yang dimasak dengan taoge. Tambahan daging yang dimasak dengan santan kental. Kripik te'te ditemukan dan ditaburkan di atas bubur yang disiram rujak.
Â
Jualan yang satu itu, selalu habis, lebih cepat dari rujak Madura atau rujak Surabaya yang diberi cingur.
Pergi ke pasar, bukan beban buat Tiara. Ia tahu, setiap rupiah yang diperoleh mamanya adalah perpanjangan masa sekolahnya.
Papa benar benar tak dapat diharapkan memenuhi kebutuhan sekolah. Tiara tahu, keluarga kedua papanya di Jakarta membuat bantuan keuangan papa tak mungkin diharapkan. Untung, Tiara memilih tinggal dengan mama.
Untung, mama bisa berjualan rujak Bubur setiap Ramadhan. Untung juga Tiara bersekolah di SMP Negeri. Ia bisa belajar bersosialisasi walupun tidak mudah.
Tiara terus belajar.