"Syukurlah kalau begitu. Tuhan sungguh tidak buta."
Matanya yang telah terbiasa dengan gelapnya ruangan itu tak juga dapat mengidentifikasi siapakah gerangan sesuatu itu. Namun ia tak ingin beranjak dari tempat tidurnya hanya untuk membuat orang itu terusik atau tersinggung, dan lalu pergi. Ia tak ingin kembali sendiri dan sepi dalam waktu yang secepat itu.
"Aku rasa kau tidak percaya akan Tuhan."
Ia lantas tersinggung. Harga dirinya tak mengijinkan hal ini terjadi. Ia lebih memilih kesepian daripada difitnah dan dihina seperti ini. Siapapun orang ini, tiadalah berhak untuk langsung menghakiminya seperti ini. Tidak dengan penghakiman yang sepenuhnya berupa fitnahan.
"Baiknya kau jelaskan lebih lanjut sebelum aku mengusirmu dari sini."
"Bukankah kau yang lebih tahu tentang ini?"
"Oke, cukup. Aku sudah salah menilai ini semua. Sekarang, lekaslah kau pergi sebelum aku bertindak."
"Mengapa kau begitu banyak menyimpan kemarahan?"
Ia beranjak dan bangkit dari tepi ranjang.
"Aku bilang cukup! Pergi kau dari sini!"
"Bagaimana kalau aku tidak mau pergi?"