Mohon tunggu...
Adi Putra
Adi Putra Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Hidup terus bergulir, kau bisa memilih diam atau mengikutinya, mengacuhkan atau mempelajarinya. Merelakan, atau meratapinya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Hari Penyair

2 April 2016   11:47 Diperbarui: 2 April 2016   15:40 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

biar belatung-belatung mengencingi jasad berlendir mereka

sehingga ciptaan yang paling hina sekalipun

akan merasa jijik untuk sekedar memandangnya." 

Cak Din lalu lanjut menyeruput kopi yang belum disentuhnya sama sekali itu. Di seberang meja, istrinya melongo dengan centong nasi di tangan. Mulutnya terbuka seperti bila seseorang terpana. Matanya hanya menatap Cak Din dan tak beranjak dari situ. Cak Din sedang menyeruput kopinya ketika kesadaran menyambar pikirannya. Brutt! kopinya tersembur mengenai piring berisi nasi dan piring-piring berisi lauk yang ada di meja makan itu.

"Hwarakadah!" istrinya berteriak kaget. Kaget karena apa pun itu yang diucapkan Cak Din barusan, yang dibalut dengan semburan kopi dari mulut Cak Din yang kini tak lagi harum. 

 

Jakarta, April 2016

ilustrasi diambil dari www.nyunyu.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun