Mohon tunggu...
Aosin Suwadi
Aosin Suwadi Mohon Tunggu... -

Menjajal melintas Rimba Raya Dunia Maya, dari sebuah SMA Negeri 6 di Banten

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dewi Malam

22 Februari 2015   01:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:45 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat kudengar cerita Dessy, yang butuh perjuangan keras hanya untuk mendapatkan haknya sangatlah kontras dengan mereka yang seenaknya menikmati fasilitas yang mewah dan berlebihan yang bukan haknya. Kehidupan di negri dinasti ini memang harus pintar-pintar mencari celah untuk menaikan harga diri dan derajat keluarga, yang bisa saja di beli oleh mereka yang berkuasa. Kami berdua hanya bisa menunggu ketika ibunya Dessy sedang diperiksa dokter. Memang menurut pernyataan Dessy, ibunya sudah 3 minggu koma, tanpa memberitahu kepadaku sebelumnya. Penyakit Leokimia yang menyerang tubuh ibu Dessy semakin lama semakin melemahkan tubuhnya.

Tiba-tiba dokter keluar dengan tergesa-gesa dari ruangan pasien yang tidak lain adalah ibunya Dessy, dokter itu sangat panik dan memanggil-manggil suster yang lain supaya menyiapkan stok darah golongan AB. “Dok, stok darah AB kosong, di PMI terdekat juga tidak ada dok. Bagaimana ini?” Kata suster dengan paniknya. Dessy semakin khawatir dengan keadaan ibunya, dia sangat shock dan menangis histeris melihat keadaan ibunya yag sedang kritis. Mana mungkin aku mendonor, darahku mempunyai golongan yang berbeda. Tanpa pikir panjang Dessy langsung menyodorkan tangannya untuk diambil darahnya. Mereka mempunyai golongan darah yang sama. Pantaslah mereka kan anak dan ibu.

Setelah melewati pengecekan sebelum dambil darahnya, dokter sangat terkejut dengan hasil lab dari sample darah Dessy. “Astagfirulloh, maaf bu Dessy, anda harus banyak bersabar. Mengingat kondisi ibu Anda dan hasil lab yang kami periksa dari darah, ternyata ibu positif mengidap AIDS, mohon maaf bu!” Ujar dokter. “Apa...!” Dessy terkejut mendengar pernyataan dokter tersebut, bagaikan tersengat aliran listrik 1000 volt, dia langsung tak sadarkan diri menerima kenyataan bahwa dirinya mengidap penyakit kotor tersebut. Sungguh malang nian nasib dewi malamku ini, dia harus menerima kenyataan pahit, ibunya tak bisa tertolong karena stok darah yang kosong memperlambat penanganan medis. Dan dewiku ini harus tegar pula menerima nasib untuk menghadapi penyakitnya.

Terus, bagaimana nasibku? Apakah aku akan terus bersamanya, dan menerima semua yang ada pada dirinya termasuk penyakitnya? Jujur selama ini aku belum pernah mencumbunya, mana mungkin aku juga mempunyai penyakit yang sama. Tapi aku sangat mencintainya.” Pikiran yang saat ini terus berkecambuk di kepalaku, membuatku bingung antara terus mendampinginya, atau meninggalkannya. “Mas, jangan kau pikirkan nasibku ini, selama ini kau telah banyak membantuku, sampai semua pemakaman ibupun kamu yang urusi. Sekarang dengan keadaanku ini, aku hanya tinggal menunggu waktu di mana aku harus menebus semua dosaku selama ini. Pergilah mas, carilah bunga yang mekar di pagi hari dan hanya kamulah yang akan memetiknya. Jangan cari bunga layu yang telah dipetik orang dan dibuang karena bosan.” Kata-kata dessy di sela istirahatnya.

Aku belum menanggapi perkataan Dessy. Hasratku terus ingin merawatnya, dengan semua yang aku punya dan aku bisa. Mana mungkin Dewi malam yang selalu aku kagumi, kubiarkan tergolek lemah tak berdaya sendirian. Dan sekarang rasa sayangku semakin besar padanya, sampai aku tak peduli lagi dengan semua keadaannya. Setiap hari aku selalu menghiburnya, setiap hari pula aku selalu membawakan bunga mawar merah yang sangat ia sukai, karena menurutnya menjadi sekuntum mawar merah yang segar adalah impiannya.

Penderitaanya belum berakhir, setelah dokter memeriksa untuk yang kesekian kalinya, kondisi Dessy terus memburuk, bahkan dokter berani memfonis umur Dessy tidak lama lagi. Aku dan Dessy sudah pasrah sekali dengan semua yang dikatakan dokter. Dessy pun tak menunjukkan ketakutannya, justru ia tersenyum, aku bingung sekali melihat ketegaran Dessy. “Aku tidak takut mati Mas, yang aku takutkan adalah ketika hari-hari terakhirku tanpamu dan bunga mawar merah segar itu.” Dessy tersenyum sambil memainkan mawar yang kuberi tadi pagi. “ Lantas aku sendirian? Sudah sejak lama aku menginginkanmu, sudah sejak lama aku terus mencari keberadaanmu, dan disaat kita bertemu, apakah hanya untuk dipisahkan?.” Jawabku. Dessy tak menjawab pertanyaanku, dia hanya menghela nafas dalam-dalam beberapa kali, dan tiba-tiba tubuhnya bergetar hebat. Aku panik, dan langsung menekan tombol alarm supaya dokter melihat keadaan Dessy. Dengan cekatan dokter berusaha menenangkan Dessy akupun diminta untuk menunggu di luar.

Selama kurang lebih 10 menit aku menunggu hasil yang baik, namun Tuhan berkata lain. Dokter keluar dengan gurat sedih diwajahnya. “Maaf, pasien tidak tertolong.” Begitulah yang dia ucapkan dan langsung pergi meninggalkanku.

***

Pemakaman Dessy selesai. Aku mengingat kembali pertemuanku bersama Dessy, dan sampai akhirnya aku mengantarnya pula pada akhir kisah hidupnya. Dewi malam yang sangat aku kagumi dan aku sayangi sekarang telah pergi untuk selamanya, namun kisahnya akan selalu abadi dalam hidupku. Kisah bagaimana perjuangan seorang gadis yang rela menjadi tuna susila demi ibunya yang menurutku sangat jauh lebih baik dari kisah para penikmat harta di negri Dinasti ini. Setiap hari aku tak lupa mengantarkan setangkai mawar merah yang selalu ia sukai ke tempat di mana dia akan menenukan kedamaian dan jauh dari hiruk pikuk tuntutan dan tanpa menyaksikan lagi penguasa yang berfoya-foya menikmati semua yang bukan sebagai haknya.
SELESAI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun