Hari ini, si Nenek akan memasuki babak baru dalam kehidupannya. Ibu wartawati yang baik berhasil mengurus segala keperluan agar si Nenek bisa tinggal sementara di panti jompo milik Dinas Sosial.
Semoga Nenek betah, meskipun sementara, semoga Nenek bisa tidur lebih nyenyak dibandingkan saat tidur di rumah sakit. Dua hari dua malam kami menginap di ruang yang sama, perilaku Nenek sangat menyedihkan.
Dia terlihat sangat tersiksa dengan keadaan, mimpi buruk selalu menghantui. Tak jarang berteriak dan memanggil si pemuda dengan sebutan Le (Tole, anak lelaki dalam bahasa Jawa). Lalu, minta untuk dipijit hingga ia tertidur nyenyak.
Tak jarang pula Nenek sangat ingin diperhatikan dan dilayani dengan baik. Berontak ingin tidur di lantai, sehingga perawat ruangan harus membiarkan ia tertidur di bawah agar tidak gaduh hingga mengganggu pasien lain. Itu pun setelah dibujuk dengan berbagai cara agar mau tidur dengan beralaskan matras tempat tidur.
Hanya prihatin yang bisa kami lakukan. Di usianya yang kini seharusnya lebih banyak mendapat perhatian dari anak dan cucu, nyatanya si Nenek masih harus berjuang sendiri untuk bertahan hidup.
Siapa yang salah?Â
Siapa yang harus mengalah?
Siapa yang harus mengerti?
Siapa pula yang seharusnya dipahami?
Hanya jiwa-jiwa yang ikhlas dan rela berkorban, mengasihi tanpa pamrih, dan memberi tanpa berharap kembali, yang akan terketuk pintu hatinya untuk membantu sesama. Menemukan kebahagiaan dengan cara yang indah, di mana pun, dan dari arah yang tak terduga.