"Kamu ... divorced?" tanya Bagas sambil menatapku tajam.
Aku hanya mengangguk. Sebaiknya tak perlu kuceritakan masalah itu pada Bagas. Aku yakin Maya telah menceritakan segalanya.
"Lalu, kamu masih tinggal di sana? Anak-anak?" tanya Bagas.
"Ya, itu kan rumah pemberian ayahku. Aku yang berhak atas rumah itu. Anak-anak masih tetap bersamaku."
Sepertinya Bagas tahu banyak tentang masalahku. Apa mungkin Maya bercerita semua? Â Bukannya dia janji untuk tidak menceritakan masalah ini pada siapa pun.
"Kamu pasti bertanya, dari mana aku tahu semua masalahmu. Iya, 'kan?"
Bagaimana Bagas tahu aku sedang memikirkan itu?
"Aku yang bertanya pada Maya, sebenarnya Maya tak mau menjawab, tapi aku memohon kepadanya. Dia hanya cerita sebagian saja, yang lainnya dia minta aku bertanya langsung kepadamu," jawab Bagas.
Aku hanya terdiam, heran, kenapa Bagas bisa tahu apa yang ada di pikiranku? Belum kuucapkan sudah dijawab. Bagaimana dia tahu? Bahaya dong kalau sampai aku berpikir yang bukan-bukan tentang dia. Bisa ketahuan.
"Ri, mikir apa? Nggak usah mikir aneh-aneh, ya. Aku nggak akan jahat sama kamu. Justru kalau bisa aku ingin melindungimu."
Ah, gombalan apa lagi ini? Malas aja berurusan lagi sama laki-laki. Paling juga sama saja.