[Belum tahu hasilnya, May, Abang masih diperiksa. Ini juga lagi nunggu hasil] jawab Rena.
[Emang apa gejalanya? Kok secepat itu dia tertular. Kemarin dulu baik-baik saja] tanya Maya penasaran.
[Iya, kami takut Abang terkena virus mutasi. Gejalanya mirip banget seperti yang ada di Abang. Cepat marah, Bingung, gak bisa tidur, gelisah, ya gitu deh]
Maya tak segera menjawab pesan itu. Dia berpikir sejenak, mengingat beberapa waktu yang lalu sempat berselisih pendapat dengan Rendy. Apakah karena itu kekasihnya berubah sikap menjadi seperti yang Rena katakan?
Timbul rasa penasaran di hati Maya. Lalu sebuah kalimat dikirimkan untuk Rena.
[Ren, Bang Rendy nggak cerita apa-apa sama kamu?]
[Tentang apa?] tanya Rena.
[Kami sempat berselisih pendapat, apa karena itu Bang Rendy jadi suka marah, bingung dan lainnya. Kami beberapa hari ini saling diam. Nggak berhubungan sama sekali, baik telpon maupun chat] Maya menceritakan hubungannya dengan Rendy.
Membaca pesan itu, Rena pun berpikir, apa jangan-jangan karena Bang Rendy lagi marahan dengan Maya maka sikapnya aneh. Kan Bang Rendy belum pernah pacaran lalu bertengkar terus didiamin pacarnya, lebih-lebih ditinggalkan.Â
[Jadi kalian lagi ada masalah? Bang Rendy nggak cerita, sih. Tapi bisa juga. Kamu kan pacar pertama Abang, jadi dia sakit hati dan sikapnya berubah setelah punya masalah sama kamu] balas Rena.
[Aku nyusul ke rumah sakit, ya. Biar Bang Rendy semangat dan imunnya naik. Aku mau minta maaf sama dia]