Mohon tunggu...
Any Sukamto
Any Sukamto Mohon Tunggu... Penulis - Belajar dan belajar

Ibu rumah tangga yang berharap keberkahan hidup dalam tiap embusan napas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Dua Lelakiku Tak Berdaya

10 Juni 2020   22:47 Diperbarui: 10 Juni 2020   22:43 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh Pixabay.com

Apa yang aku khawatirkan hanya saat kutinggal menemui Bapak, dokter memanggilku dan menjelaskan perkembangan Mas Rio. Krisna pun memahami dan menyetujuinya.

Setibanya Krisna, kupesan taksi agar bisa melaju dan segera sampai di Surabaya, tak mungkin aku bermotor dalam keadaan begini.  Saat jam-jam sibuk, pertimbanganku lebih baik melintas lewat tol. Benar saja, tak lama aku sudah di ruangan Bapak.

Kulihat tubuhnya yang makin kurus, tetap matanya sayu dan tak banyak bicara. Aku berusaha menyuapinya, walau harus menyembunyikan air mata yang mulai menggenang. Bapak tampak lemah dan kehilangan semangat.

"Ayo, Pak, enggal didahar. Bapak sampun sehat, kok. Mbenjang kundur, nggih," bujukku, meski tak mempengaruhi selera Bapak.
("Ayo, Pak. Segera dimakan, Bapak sudah sembuh, kok. Besok pulang, ya.")

"Ayo, Pak, once more!" candaku padanya.

"Ya...Ya...once more," jawabnya. Aku lega, Bapak masih bisa bercanda, meskipun makanan yang kusuapkan tak jadi masuk di mulutnya karena mual.

HP-ku berdering, terbaca nama Krisna yang menghubungi. Kuangkat setelah Bapak kusandarkan lagi pada bantal yang tertata.

"Dokter memanggilmu, ada surat yang harus kau tandatangani berkaitan dengan pengobatan Mas Rio, segera!" sarannya.

"Tandatangani saja, aku gak bisa sampai sana dalam waktu 30 menit," jawabku.

"Tidak bisa, harus istrinya. Tadi sudah mau kutandatangani, tapi dilarang dan sebaiknya kamu, kata perawatnya. Karena risikonya berat. Pengobatannya untuk menghancurkan kerak yang menempel di dinding saluran menuju jantung, tapi jika gagal efeknya malah jadi stroke. Makanya harus kamu yang tanda tangan."

Lemas seketika tubuhku. Separah itukah penyakit yang diderita suamiku. Belum juga 30 menit aku menemui Bapak. Di sana aku sudah dibutuhkan. Tuhan, kuatkan aku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun