Mohon tunggu...
Any Sukamto
Any Sukamto Mohon Tunggu... Penulis - Belajar dan belajar

Ibu rumah tangga yang berharap keberkahan hidup dalam tiap embusan napas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Jika Takdirku Harus Mendampingi

3 Juni 2020   11:49 Diperbarui: 3 Juni 2020   11:40 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh Pixabay.com

"Untuk apa kau sembah aku? Tak sepantasnya, aku bukan Tuhanmu. Sedangkan Dia yang patut kau sembah tak pernah kau lakukan." Aku berusaha tegar di hadapan Rudi dan Daffa. 

"Ampuni aku Bun, maafkan aku. Selama ini aku telah khilaf dan melupakan kalian. Maafkan aku!" tangisan Rudi semakin menjadi. 

Daffa berdiri dan  terdiam, sinar matanya menampakkan amarah. Aku berusaha menjaga agar ayah dan anak tak sampai bertikai. Bagaimanapun hancurnya hatiku, yang bersimpuh ini adalah suamiku, dan yang berdiri di sudut adalah putraku. 

"Aku telah ditipu orang Bun, uangku habis." Tiba-tiba Rudi tersungkur, dia pingsan dengan tubuh tertelungkup di hadapanku. Aku berteriak dan memanggil Daffa, segera dia mencari bantuan. Sesaat kemudian Rudi dilarikan ke rumah sakit. 

Dokter memanggilku setelah memeriksa semua kondisi kesehatan Rudi. Hasil laboratorium menyatakan positif darah tinggi, diabetes melitus, kolesterol, asam urat dan penyumbatan saluran menuju jantung. Ada indikasi stroke ringan. Maka harus dirawat secara intensif di ICCU. Aku terdiam, pasrah. 

Ketika Rudi mulai sadar, perawat memanggilku. Aku diminta mendampinginya, mungkin berkenan membacakan Al-Qu'ran agar kondisi Rudi segera membaik. Rudi meminta aku menggenggam tangannya. Tangan yang sudah sekian lama tak pernah menyentuhku, tetapi justru membelai perempuan lain yang tak pernah peduli pada keadaan Rudi seperti saat ini. Aku jijik. 

Terlihat butiran bening mengalir dari sudut mata Rudi. Tak sepatah kata pun sanggup ia ucapkan, terlebih di mulutnya terpasang masker oksigen. Aku jadi merasa bersalah, istri macam apa aku ini? Tega dengan suami yang sedang meregang nyawa di hadapannya. 

Kucoba menggenggam erat tangan Rudi, dia pun berusaha menggenggam tanganku. Tampak seolah kedamaian hadir di hatinya. Ketegangan yang menggurat di wajahnya mulai memudar. 

Tuhan, jika memang takdirku harus mendampingi lelaki lemah di hadapanku ini, maka kuatkan aku. Ingatkan aku bahwa semua yang kulakukan karena kepasrahanku atas kehendak-Mu. Kupasrahkan hidupku hanya pada-Mu, ya Robb. 

*** 

Ramadan telah tiba, bulan yang penuh ampunan dan kasih sayang. Terlihat sekali perubahan pada diri Rudi. Dia benar-benar sudah bertobat dan kembali seperti Rudi yang kukenal 18 tahun yang lalu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun