Mohon tunggu...
Any Sukamto
Any Sukamto Mohon Tunggu... Penulis - Belajar dan belajar

Ibu rumah tangga yang berharap keberkahan hidup dalam tiap embusan napas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hati yang Retak (2)

27 Mei 2020   13:18 Diperbarui: 27 Mei 2020   14:45 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh Pixabay.com

Sesekali masih terasa nyeri luka itu. Namun, untuk apa aku berlarut-larut dengan satu masalah yang tak ada ujungnya. Biarlah kucoba membuka mata dan bersahabat dengan kenyataan yang menyakitkan.

Untuk itu, aku sangat berharap bisa mendapatkan promosi mutasi ke Bali. Selain untuk mengobati luka hati, aku juga ingin membuka wawasan tentang Pulau Dewata tersebut. Selama ini, aku belum pernah sekali pun menginjakkan kaki di Pulau Seribu Pura tersebut.

Suatu hari, saat aku dipanggil ke ruang Pak Ashari, aku memberanikan diri menanyakan promosi tersebut. Apakah kemungkinanku masih besar untuk pindah ke sana. Namun, jawabannya sungguh di luar dugaan.

"Kenapa kamu masih menanyakan hal itu? Bukannya di sini kamu masih bisa berkarya? Kami masih membutuhkanmu," jawab Pak Ashari sambil menatapku tajam.

Aku hanya tertunduk, sedikit pun tak berani menatap matanya. Aku takut hanyut dalam binar yang terpancar dari kedua bola matanya. 

Ilustrasi oleh Pixabay.com
Ilustrasi oleh Pixabay.com
"Kamu ingin pindah ke Bali karena kamu ingin lari dari kenyataan? Kamu ingin cari pelampiasan dengan menyendiri di sana? Bukan tempatmu, Non!"

Deegg!

Non, panggilan itu yang selalu disematkan kepadaku. Selalu dan selalu ia sebut aku Non saat berbicara berdua. Ah, Pak ... andai saja aku mampu ....

Aku masih menunduk. Semakin dalam menutupi bulir bening yang mulai menggenang di sudut mata.

"Jujur, aku masih membutuhkanmu di sini. Bukan hanya tenagamu dan pikiranmu, tapi juga hatimu."

Seketika hawa panas seolah merasuki seluruh tubuhku. Bulu kuduk berdiri dan sesaat kemudian hawa dingin melingkupi tubuhku. Tuhan, apa yang sedang kurasakan ini?

(Bersambung?)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun