Mohon tunggu...
Any Sukamto
Any Sukamto Mohon Tunggu... Penulis - Belajar dan belajar

Ibu rumah tangga yang berharap keberkahan hidup dalam tiap embusan napas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Mukena Impian

21 Maret 2020   11:57 Diperbarui: 21 Maret 2020   12:29 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kubaca lagi tulisan yang akan kukirim. Ketik, hapus, ketik lagi, hapus lagi. Begitu seterusnya hingga aku puas dan yakin karyaku pantas dilombakan.

Email terkirim ke alamat penyelenggara. Naskah dan biodata lengkap kulampirkan sebagai penunjang. Tinggal menunggu saat pengumuman pemenang.

Dua minggu setelah naskah kukirim, aku mendapat kabar jika naskahku termasuk dalam naskah terbaik, dan aku berhak mendapat mukena. Rasanya bahagia sekali. Tak sabar menerima hadiah impian.

Esoknya, mukena benar-benar kuterima. Namun, tak pernah menyangka sedikit pun, kalau ternyata pengirim mukena bukan pihak penyelenggara lomba menulis. Aku telah salah mengirimkan naskah.

Tulisanku yang berisi rayuan untuk mengikuti lomba, diterima seorang lelaki yang telah lama menyimpan rasa padaku. Begitu dia menerima naskah dan data lengkapku, langsung saja dia berusaha mengirimkan mukena sesuai gambaran dalam naskah yang kukirim.

Bagaimana mungkin aku salah memasukkan alamat email? Bagaimana bisa email itu masih tersimpan? Berbagai pertanyaan muncul dalam benakku.

Dalam paket kiriman mukena itu terlampir juga selembar kertas bertuliskan ungkapan perasaannya.

[Terima kasih sudah berkenan mengirimkan tulisan indah. Membacanya membuat saya hanyut dalam rayuan itu. Membayangkan andai saya yang mendapat kesempatan indah dirayu oleh gadis cantik seperti Anda.

Mungkin Anda tak pernah menduga, jika saya telah lama menanti saat-saat indah untuk bisa mengungkapkan rasa ini. Saya telah lama mengenal Anda, sebaliknya juga Anda telah mengenal saya. Namun, kita belum diberi kesempatan untuk bisa mengenal lebih dekat.

Sudah lama saya menyimpan rasa ini. Hanya doa yang bisa saya langitkan untuk bisa mengungkapkannya. Berharap sang pembuat hati akan memberi kesempatan kita bicara dua hati.

Tibalah saatnya, ketika menerima email dari Anda, ada denyar yang harus saya jabarkan. Saya berusaha mendapatkan mukena sebagaimana Anda menggambarkan. Melalui kiriman ini, sudilah menerima perasaan yang saya sertakan. Sungguh besar harapan saya ini sebagai pembuka jalan agar Anda bisa menerima perasaan saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun