Mohon tunggu...
Anwar Saragih
Anwar Saragih Mohon Tunggu... Dosen - Dosen ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Peminum Kopi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ibu Iriana dan Bulang Simalungun

17 Agustus 2019   21:35 Diperbarui: 17 Agustus 2019   21:47 1510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya lahir dan tumbuh pada sebuah desa di Kabupaten Simalungun. Dibesarkan dalam keluarga  Simalungun pula, karena Bapak dan Ibu (Mamak) yang bersuku Simalungun.

Secara empirik dalam berbudaya Bapak dan Ibu termasuk moderat, demokratis dan tidak terlalu ketat soal adat. Hal ini saya simpulkan sendiri, karena tak terlalu memaksakan agar saya punya pacar dan, harus akan menikah dengan perempuan bersuku Simalungun pula.

Apalagi soal pilihan politik, saya tak pernah diwajibkan, diharuskan memilih pemimpin yang satu suku. Mereka sangat demokratis tentang pilihan-pilihan yang pernah saya ambil.

Meski begitu, Bapak dan Ibu selalu mengajarkan saya, secara detail soal budaya Simalungun dan perangkatnya. Tentang Ahap Simalungun. Utamanya, kala saya beranjak dewasa lalu melanjutkan pendidikan ke kota, tempat yang lebih beragam budaya dan adat. Pesan utamanya adalah tentang ingatan ke Tanoh Hasusuran (Tanah Asal).

Hari ini (17/8/2019) pada beranda dan linimasa media sosial, saya membaca satu per satu komentar masyarakat Simalungun tentang Ibu Iriana yang memakai Bulang Simalungun --penutup kepala untuk perempuan Simalungun dalam upacara hari Kemerdekaan di Istana Negara tadi pagi.

Ada kehormatan, ada kemasyuran tentunya untuk seluruh masyarakat Simalungun. Tak terkecuali saya, pastinya juga ikut berbangga hati. Sebab, upacara yang disaksikan ratusan juta masyarakat Indonesia itu menyorot simbol budaya Simalungun, Bulang Simalungun.

Bulang atau penutup kepala untuk perempuan Simalungun ada 4 (empat) jenis yaitu pertama, Bulang Sulappei (Bulang adat/pesta). Kedua, Bulang Teget (Bulang untuk pengantin). Ketiga, Bulang Suyuk (Bulang Pesta/Usia Tua). Dan, keempat, Bulang Hurbu/Salalu (Bulang Harian).

Soal Bulang yang dipakai Ibu Negara, Ibu Iriana tadi pagi adalah Bulang Teget. Pertanyaan paling penting tentunya, apa makna pemaknaan Bulang Teget yang dipakai oleh Ibu Iriana.

Secara Filosofi dalam budaya Simalungun,  Bulang Teget digunakan perempuan Simalungun. Menunjukan perempuan tersebut sudah menikah dan bersuami, Pun Bulang Teget secara semiotika menyimbolkan sebagai istri yang baik, hormat dan bermartabat.

Ketika Bulang Teget dikenakan seorang perempuan. Posisinya di kepala harus lebih tinggi  yang disebelah kanan, yang berarti bahwa seorang istri, selalu menjunjung tinggi derajat suami yang disampingnya.

Sementara, Benang Bulang Teget yang berumbai dibuat berbaris terbuka. Posisinya sebelah kanan perempuan yang memakainya berada disebelah suaminya saat mereka berdampingan. Filosofinya merupaka  keterbukaan isteri terhadap suaminya terhadap hal apapun.

Lalu rumbai yang menyatu disebelah kiri pemakai Bulang Teget, memang sengaja lebih rendah dari rumbai berbaris yang terbuka. Filosofinya, seorang istri selalu menjaga harkat martabat suaminya. Mengikat rapat segala sesuatu dalam rumah tangga mereka, tidak dibukakan ke orang lain sekalipun kepada orang tua.

Artinya Bulang Teget dalam budaya Simalungun, menjelaskan bahwa sebuah keharusan  bagi seorang perempuan menjaga nilai-nilai kebudayaan, nilai kehormatan dan nilai kebanggaan dengan 3 (tiga) ikatan yaitu pertama, terikat pada pasangan suami istri. Kedua, terikat pada orang tua dan mertua. Ketiga, terikat pada Tuhan yang Maha Pencipta.

Tentu saja, sebagai orang Simalungun, saya berharap, nilai-nilai baik ini menyatu dengan Ibu Iriana yang mendampingi Pak Jokowi dalam menjalankan roda pemerintahan di Indonesia. Diberkati selalu kesehatan, dilimpahkan kekuatan mendampingi Pak Jokowi dan Diberkahi segala kehormatan membawa Indonesia Maju.

Matur Suwun, Ibu Iriana. Terima Kasih, Dieteitupa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun