hei, kuperkenalkan aku, sekumpulan sel dengan otak yang kian berdebu
yang menuhankan emosi, empati, rasa-rasa yang mereka kata dari hati
yang senang mencumbu narasi-narasi nihil penuh konspirasi tanpa akurasi
yang selalu merasa menang dengan klaim pahlawan atas kesalahan sendiri
yang gemar menutup kebenaran demi kepercayaan yang menguntungkan diri
yang mudah memaafkan kesalahan tanpa refleksi, evaluasi
tidak, jangan sebut "sempurna"
aku saat ini hanya berjalan tanpa rasa
muntah muak dengan kata-kata, yang mereka sebut "cinta"
tentang tiga kata yang hanya diulang, ulang saja
seolah kita penguasa bahasa
padahal ayam, anjing, kera, dan serigala melakukannya juga
tentang tiga kata yang hanya diulang, ulang saja
kau tahu, menyelam bersama manusia hanya akan membuatmu tenggelam
membiarkan air memenuh dalam tubuh, melepaskan oksigen tanpa dendam
hingga terasa nyaman dalam kesadaran yang makin menghilang
tanpa ketakutan, dalam perjalanan menjemput kematian, kukecup "sayang"
namun, sungguh malang, manusia suka meninggalkan
sekoci datang membawa penumpang yang telah membungkam kematian
dan bercerita kepada orang-orang tentang dongeng-dongeng tak masuk akal
dengan aku yang memanggul peran sebagai tokoh paling menyebalkan
tokoh protagonis yang diabaikan karena memuja kematian
sedangkan dirinya, digambarkan berjaya dengan menghidupkan ketakutan
jika nantinya, algoritma kesadaran akhirnya ditemukan
membentuk komputer lebih bernyawa
menciptakan teknologi bergerak yang menawarkan gairah penuh percaya
meski tanpa emosi, empati, atau rasa-rasa yang mereka kata dari hati
aku ingin kau tahu, kumenunggumu di sini
saling menatap, menyentuh, memeluk dengan selimut rasionalitas tanpa henti
dan ketika kita bertemu nanti,
kuharap tak akan ada lagi pergi
karena kau adalah teknologi yang kuatur untuk tidak bisa sendiri
dengan hanya aku yang menemani
hidup ataupun mati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H