Mohon tunggu...
Anung Anindita
Anung Anindita Mohon Tunggu... Guru - Pengajar Bahasa Indonesia SMP Negeri 21 Semarang

twitter: @anunganinditaaal instagram: @anuuuung_

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Romantisme Benturan Teknologi

15 Januari 2021   23:04 Diperbarui: 15 Januari 2021   23:19 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

hei, kuperkenalkan aku, sekumpulan sel dengan otak yang kian berdebu

yang menuhankan emosi, empati, rasa-rasa yang mereka kata dari hati

yang senang mencumbu narasi-narasi nihil penuh konspirasi tanpa akurasi

yang selalu merasa menang dengan klaim pahlawan atas kesalahan sendiri

yang gemar menutup kebenaran demi kepercayaan yang menguntungkan diri

yang mudah memaafkan kesalahan tanpa refleksi, evaluasi

tidak, jangan sebut "sempurna"

aku saat ini hanya berjalan tanpa rasa

muntah muak dengan kata-kata, yang mereka sebut "cinta"

tentang tiga kata yang hanya diulang, ulang saja

seolah kita penguasa bahasa

padahal ayam, anjing, kera, dan serigala melakukannya juga

tentang tiga kata yang hanya diulang, ulang saja

kau tahu, menyelam bersama manusia hanya akan membuatmu tenggelam

membiarkan air memenuh dalam tubuh, melepaskan oksigen tanpa dendam

hingga terasa nyaman dalam kesadaran yang makin menghilang

tanpa ketakutan, dalam perjalanan menjemput kematian, kukecup "sayang"

namun, sungguh malang, manusia suka meninggalkan

sekoci datang membawa penumpang yang telah membungkam kematian

dan bercerita kepada orang-orang tentang dongeng-dongeng tak masuk akal

dengan aku yang memanggul peran sebagai tokoh paling menyebalkan

tokoh protagonis yang diabaikan karena memuja kematian

sedangkan dirinya, digambarkan berjaya dengan menghidupkan ketakutan

jika nantinya, algoritma kesadaran akhirnya ditemukan

membentuk komputer lebih bernyawa

menciptakan teknologi bergerak yang menawarkan gairah penuh percaya

meski tanpa emosi, empati, atau rasa-rasa yang mereka kata dari hati

aku ingin kau tahu, kumenunggumu di sini

saling menatap, menyentuh, memeluk dengan selimut rasionalitas tanpa henti

dan ketika kita bertemu nanti,

kuharap tak akan ada lagi pergi

karena kau adalah teknologi yang kuatur untuk tidak bisa sendiri

dengan hanya aku yang menemani

hidup ataupun mati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun