Di tahun ini tepatnya pada bulan Maret, salah satu bank terbesar ke-16 di AS mengalami keruntuhan yaitu Sillicon Valley Bank (SVB). SVB merupakan sebuah bank regional di San Francisco Bay Area yang menawarkan layanan khusus yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan industri teknologi.
Bank yang telah berdiri 40 tahun dari 1983 ini memiliki aset puncak sebesar US$209 miliar dan deposito sekitar US$175,4 miliar di akhir tahun 2022. Lantas dengan aset yang sebanyak itu mengapa SVB mengalami kejatuhan?
Melalui eksplorasi kasus ini, kita akan melihat bagaimana dampak dari manajemen risiko strategis yang tidak efektif sebagai pembelajaran.
Definisi Risiko Strategis dan Pentingnya Manajemen Risiko Strategis
Sebelum itu, kita harus mengetahui apa itu risiko strategis dan mengapa manajemen resiko strategis itu penting terlebih dahulu.
Roberts, Wallace dan McClure (2003) menjelaskan bahwa risiko strategis berkaitan dengan 'risiko di tingkat korporat' yang 'mempengaruhi pengembangan dan implementasi strategi organisasi'.
Menurut OJK, risiko strategis adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan strategis serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
Dari dua definisi di atas maka bisa kita katakan bahwa risiko strategis adalah risiko yang muncul dari ketidaktepatan keputusan direksi dalam pengambilan keputusan, mengimplementasikan keputusan maupun mengantisipasi perubahan lingkungan sehingga memengaruhi masa depan organisasi.
Risiko strategis mencakup beberapa resiko lainnya, antara lain risiko regulasi, risiko persaingan, risiko ekonomi, risiko perubahan, risiko perubahan, risiko reputasi, risiko tata kelola, risiko politik, risiko keuangan, dan risiko oprasional.
Di perbankan risiko strategis memiliki relevansi yang sangat penting. Industri perbankan merupakan industri yang rawan dengan risiko terutama karena melibatkan pengelolaan uang masyarakat dan investasi.
Maka penting bagi perbankan untuk memiliki manajemen risiko strategis yang kuat sehingga dapat membantu bank dalam mengantisipasi krisis, mengurangi ketidakpastian, meningkatkan kuputusan investasi dan meningkatkan kinerja secara kesuluruhan.
Studi kasus: Runtuhnya Silicon Valley Bank
Dari berbagai sumber berita SVB jatuh hanya dalam waktu 48 jam, begini kronologinya:
- 8 Maret 2023
(SilIcon Valley Bank (SVB) mengumumkan penggalangan dana modal US$1,75 miliar)
Semua bermula ketika The Fed menaikkan suku bunga secara agresif selama setahun terakhir yang mengakibatkan nilai portofolio obligasi dan deposito yang mereka pegang turun. Pada saat yang sama lembaga pemeringkatan Moody mempersiapkan penurunan peringkat bagi SVB. Sehingga untuk mengatasinya SVB harus mengatur ulang keuangannya untuk menghindari seretnya pendanaan.
Dan atas saran Goldman didapati keputusan akhir pada tanggal 8 Maret tersebut berupa pengumuman tentang kerugian hampir US$2 miliar dan rencana penjualan saham yang membuat takut para investor.
- 9 Maret 2023
(Saham SVB anjlok sampai 60%)
Terjadinya kepanikan pada nasabah utama perusahaan yakni startup dan modal ventura dengan saldo besar yang tidak diasuransikan sehingga mereka berusaha menarik US$42 miliar dari bank dalam satu hari (bank run) menyebabkan turunnya saham SVB. Saham SVB anjlok 60% setelah pengumuman peningkatan modal.
- 10 Maret 2023
(SVB runtuh setelah bank bangkrut yang dipicu oleh media sosial. Regulator pemerintah mengambil alih bank tersebut)
SVB kolaps sehingga perdagangan saham dihentikan dan regulator California menutup SVB kemudian menunjuk Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) untuk mengawasi perusahaan induk SVB. Pada tanggal 10 Maret inilah SVB dinyatakan bangkrut.
Melihat kronologi runtuhnya Silicon Valley Bank dapat kita simpulkan beberapa faktor risiko yang berkontribusi, antara lain:
- Kebijakan peningkatan suku bunga oleh The Fed
- Keputusan jangka panjang yang buruk
- Penarikan dana secara masif oleh nasabah
Pembelajaran dari kasus SVB
Dilansir dari CNBC Indonesia bahwasanya Boston Consulting Group (BCG) melihat dari kasus runtuhnya Silicon Valley Bank, terdapat beberapa pembelajaran yang dapat perbankan lain ambil agar tidak mengulangi kesalahaan yang sama dalam manajemen risiko strategis, antara lain:
- Stress Testing yang Komprehensif
Bank perlu melakukan stress testing di semua jenis risiko. Ini membantu memahami dampak lintas risiko dan meningkatkan ketahanan perbankan terhadap berbagai skenario ekonomi.
Pada kasus SVB kemungkinan terjadi kegagalan dalam memahami implikasi limpahan berbagai jenis resiko terlihat dalam mengatasi risiko suku bunga melalui kerugian yang belum direalisasi dalam nilai aset jangka panjang karena kenaikan suku bunga, dan risiko likuiditas melalui arus keluar simpanan yang cepat.
- Pentingnya Likuiditas yang Dapat Diubah Menjadi Uang Tunai
BCG menyarankan industri perbankan untuk melakukan uji asumsi monetisasi aset mereka dalam kerangka pengujian stres likuiditas. Tes ini mencakup kemampuan mengubah buffer HQLA (High-Quality Liquid Assets) menjadi uang tunai. Dan juga diharapkan Direktur dan bendahara keuangan bank melakukan peninajauan opsi likuiditas mereka dan berusaha mengembangkan kemampuan pembiayaan sekuritas yang dapat diskalakan (repo) untuk meningkatkan likuiditas selama periode stres tanpa menggunakan penjualan sekuritas secara berlebihan.
Pada kasus SVB, mereka tidak mampu mengubah likuiditas mereka yang banyak menjadi uang tunai untuk memenuhi kewajiban pembayaran dalam periode tekanan pasar tanpa harus menggunakan penjualan aset mendadak dan pengakuan langsung atas kerugian besar.
- Pahami Risiko Konsentrasi dalam Buku Deposito
Risiko konsentrasi dalam buku deposito menyoroti risiko yang muncul ketika sebagian besar simpanan bank berasal dari sektor atau industri tertentu. Dalam kasus SVB, simpanan yang terkonsentrasi di sektor startup membuat mereka rentan terhadap penurunan cepat dalam saldo akun saat terjadi tekanan pasar. Risiko ini perlu dipahami dan dinilai dengan cermat oleh bank, termasuk aspek keterkaitan dengan risiko industri, geografi, dan tipe nasabah dalam portofolio deposito mereka.
- Perlu Pedoman Krisis di Era Media Sosial
Pedoman krisis di era media sosial mengacu pada kebutuhan bank untuk memiliki rencana dan strategi komunikasi yang efektif saat menghadapi krisis, terutama dengan adanya media sosial dan komunikasi digital. Kasus SVB menunjukkan bahwa respons cepat dari deposan yang terkoordinasi melalui media sosial dapat mempercepat krisis. Pedoman ini melibatkan pemahaman mendalam tentang cara mengelola informasi, komunikasi yang transparan, dan memposisikan strategi bank dalam menghadapi likuiditas, operasional, dan aspek-aspek lainnya selama krisis.
Dengan runtuhnya Silicon Valley Bank sebagai cerminan dari kegagalan manajemen risiko strategis, perbankan dan lembaga keuangan diingatkan untuk mengambil pelajaran berharga. Kasus ini menegaskan pentingnya pelaksanaan stress testing yang komprehensif, manajemen likuiditas yang adaptif, pemahaman mendalam terhadap risiko konsentrasi, dan penerapan pedoman krisis yang efektif, terutama di era media sosial. Dengan mengintegrasikan pembelajaran ini, industri perbankan dapat memperkuat ketahanan mereka, meminimalkan risiko, dan meraih kinerja yang berkelanjutan di tengah dinamika pasar yang selalu berubah.
Sekian dan terimakasih
Â
Referensi
Aprilia, Z. (2023, March 17). Ini Dua Biang Keladi Dari Kehancuran Silicon Valley Bank. Retrieved from CNBC Indonesia: https://www.cnbcindonesia.com/market/20230317055736-17-422419/ini-dua-biang-keladi-dari-kehancuran-silicon-valley-bank
Aprilia, Z. (2023, March 14). SVB Hancur, Bank-Bank RI Harus Waspada dan Lakukan 4 Hal Ini. Retrieved from CNBC Indonesia: https://www.cnbcindonesia.com/market/20230314155027-17-421590/svb-hancur-bank-bank-ri-harus-waspada-dan-lakukan-4-hal-ini
Hetler, A. (2023, April 20). TechTarget. Retrieved from Silicon Valley Bank collapse explained: What you need to know: https://www.techtarget.com/whatis/feature/Silicon-Valley-Bank-collapse-explained-What-you-need-to-know
Research and Study by Indev. (n.d.). Mengapa SVB Bangkrut. Retrieved from Ikamma.feb.ugm: https://ikamma.feb.ugm.ac.id/mengapa-svb-bangkrut/#:~:text=Dapat%20disimpulkan%20bahwa%20ada%203,secara%20masif%20akibat%20takutnya%20nasabah.
SolveXia. (2022, June 14). Strategic Risk Examples & How to Tackle Them. Retrieved from SolveXia: https://www.solvexia.com/blog/strategic-risk-examples
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H