Mohon tunggu...
Anugrah Roby Syahputra
Anugrah Roby Syahputra Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Ditjen Bea & Cukai, Kemenkeu. Ketua Forum Lingkar Pena Wilayah Sumatera Utara. Menulis lepas di media massa. Bukunya antara lain Gue Gak Cupu (Gramedia, 2010) dan Married Because of Allah (Noura Books, 2014)

Staf Ditjen Bea & Cukai, Kemenkeu. Pegiat Forum Lingkar Pena. Penulis lepas. Buku a.l. Gue Gak Cupu (Gramedia, 2010) dan Married Because of Allah (Noura Books, 2014)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menimbang Isu Kebangkitan PKI

7 Februari 2019   17:39 Diperbarui: 7 Februari 2019   18:08 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Mojopurno, Kiai Soelaiman Zuhdi yang merupakan guru tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah dikubur hidup-hidup dan dihujani batu kapur. Sedangkan di Loji Rejosari, Magetan ada banjir darah setinggi mata kaki hasil keganasan PKI di bawah komando Musso yang tak lagi pakai hati.

Di bab lain, termaktub kisah Isro yang ayahnya dibakar hingga hangus dan dimutilasi di sawah. Anak 10 tahun itupun hanya bisa memunguti potongan tubuh ayahnya dengan air mata yang tak henti berderai.

Ada pula tiga warga Desa Wirosari, Jawa Tengah yang disate, dipancang dan dijadikan orang-orangan sawah. Berderet riwayat penyembelihan dan mutilasi kepada komponen ummat Islam membuat kita bergidik ngeri.

Di masa eksistensi PKI dulu, umat juga dihadapkan pada realita di mana agama dengan leluasa diperolok di depan umum. Sastrawan kawakan Taufiq Ismail mencatat bagaimana seniman LEKRA pernah menggelar pertunjukan ludruk dengan lakon biadab berjudul "Matine Gusti Allah" di Desa Ngronggo, Kediri, Jawa Timur pada tahun 1964.

Selesai pementasan, dalam bahasa Jawa pembawa acara berucap, "Malam ini Allah sudah mati. Besok tak ada lagi Allah."

Penonton yang dalam kriteria Cliffor Geertz tergolong Abangan pun dengan mudah tercuci otaknya. Begitu pun dalam lakon berikutnya, sastrawan underbouw PKI ini membuat lakon yang isinya menyebut Allah jadi pengantin, Gusti Allah mantu, Gusti Allah Bingung dan sebagainya yang memercik api kemarahan ummat.

Hari ini kaum muslim milenial juga merasa gerah dengan bertubinya orang yang menista agama atas nama seni dan kebebasan berekspresi. Mulai dari komika stand-up comedy hingga meme vulgar yang beredar luas di media sosial.

Ujaran kebencian terhadap syariat serta framing berita yang menyudutkan Islam yang dahulu disalurkan melalui media Harian Rakjat dan Harian Bintang Timur kini mulai terasa dilakukan banyak media arus utama yang dikuasai konglomerat. Wajar bila kemudian jihad siber digaungkan sebagai perlawanan.

Sikap Bijak Pemerintah
Kegeraman rakyat khususnya umat Islam sepatutnya direspons positif oleh pemerintah. Artinya rakyat ini ingin menjaga dasar negara Pancasila yang hendak dirongrong oleh gerakan transnasional yang ingin menghancurkan NKRI.

Pihak yang berwenang tak perlu besikap berlebihan terhadap isu ini. Jika ada yang tak benar, silakan diklarifikasi sepenuhnya. Sisanya tinggal laksanakan penegakan hukum yang adil atas semua pihak serta tidak mempolitisasi hukum.

Selagi TAP MPRS Nomor 25 Tahun 1966 tentang Pembubaran PKI masih berlaku, maka semua yang berbau komunis dilarang oleh negara. Termasuk pula penyebaran ajaran Komunisme, Leninisme dan Marxisme. Oleh sebab itu, aparat harus selalu bertindak tegas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun