Mohon tunggu...
Anugrah Roby Syahputra
Anugrah Roby Syahputra Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Ditjen Bea & Cukai, Kemenkeu. Ketua Forum Lingkar Pena Wilayah Sumatera Utara. Menulis lepas di media massa. Bukunya antara lain Gue Gak Cupu (Gramedia, 2010) dan Married Because of Allah (Noura Books, 2014)

Staf Ditjen Bea & Cukai, Kemenkeu. Pegiat Forum Lingkar Pena. Penulis lepas. Buku a.l. Gue Gak Cupu (Gramedia, 2010) dan Married Because of Allah (Noura Books, 2014)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menimbang Isu Kebangkitan PKI

7 Februari 2019   17:39 Diperbarui: 7 Februari 2019   18:08 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh karenanya, sekadar nama PKI disebut saja menjadi sangat sensitif di kalangan umat Islam baik dari kalangan tradisionalis seperti NU dan Al-Washliyah, maupun dari kelompok modernis seperti Muhammadiyah, Persis dan Al-Irsyad.

Rekam jejak mengolok-olok ajaran Islam dan ulama secara verbal hingga ke kekerasan fisik sampai pembunuhan kejam terhadap kiai dan santri membuat umat mudah tersulut kemarahan jika dihadapkan pada peristiwa serupa atau setidaknya mirip.

Tak hanya itu, banyak aset milik kaum muslimin seperti sawah dan kebun yang dirampas secara paksa untuk dibagikan kepada anggota PKI. Gudang penyimpanan hasil pertanian juga dikuras dengan alasan untuk mendukung perjuangan PKI.

Bahkan aset negara seperti tanah, perkebunan hingga alat transportasi juga banyak yang mereka kuasai untuk kepentingannya sendiri dengan dalih reforma agraria. Tak ayal umat jadi mengamuk. Inilah kondisi yang memang sengaja mereka ciptakan demi mematangkan agenda revolusi yang mereka impikan.

Nah, pola agitasi dan propaganda yang dulu kerap mereka lakukan secara bertubi-tubi ini mulai dirasakan umat hari ini. Apakah semua yang terlibat sudah pasti PKI? 

Belum tentu, sebagaimana dahulu sejarah mencatat bahwa provokasi komunis juga memanfaatkan kelompok non-PKI yang berhaluan kiri seperti Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo) --yang di Sumatera Timur merupakan aktor revolusi sosial meruntuhkan seluruh kesultanan Melayu- serta tokoh-tokoh militer seperti Kol. Abdul Latif, Mayor Mulyono dan Subandrio.

'Kriminalisasi' terhadap ulama seperti Habib Rizieq Syihab suka tak suka akan mengingatkan orang pada kejadian lampau di era eksisnya PKI. Selain itu, persekusi kepada para muballigh kondang seperti Ustadz Abdul Somad dan KH Tengku Zulkarnain semakin menggenapkan ketakutan ini. Bayangkan para penceramah yang sudah tak lagi muda ini disambut senjata tajam oleh preman berjubah ormas.

Tuduhannya khas sekali dan selalu berulang: anti Pancasila, kontra-NKRI, intoleran dan semacamnya. Publik pun sontak melihat kemiripannya dengan narasi dedengkot PKI DN Aidit yang menulis buku tipis berjudul  Aidit Membela Pantja Sila tepat satu tahun sebelum kudeta.

Maraknya penyerangan dan penganiayaan terhadap ustadz dan aktivis Islam semakin menguatkan dugaan masyarakat. Anehnya serangan yang selalu terjadi di Subuh hari itu, berakhir dengan cerita para tersangka yang ternyata orang gila.

Puncaknya adalah wafatnya Komandan Brigade PP Persatuan Islam (Persis), Ustadz Prawoto pada 1 Februari.  Orang-orang bisa menyamakannya dengan pelbagai cerita kelam zaman Nasakom. Seperti kisah Kyai Tartibi yang kepalanya ditindih batu dan dibunuh selepas mengimami shalat subuh. Naudzubillah.

Berbagai kekejaman itu direkam dengan baik oleh Anab Afifi dan Thowaf Zuharon dalam buku mereka Ayat-Ayat yang Disembelih. Kedua penulis berlatar Nahdhiyyin ini mengungkap bagaimana Menhan pertama republik, Otto Iskandar Dinata yang jasadnya dilarung dilaut setelah kepalanya dipenggal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun