Mohon tunggu...
Anugrah Roby Syahputra
Anugrah Roby Syahputra Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Ditjen Bea & Cukai, Kemenkeu. Ketua Forum Lingkar Pena Wilayah Sumatera Utara. Menulis lepas di media massa. Bukunya antara lain Gue Gak Cupu (Gramedia, 2010) dan Married Because of Allah (Noura Books, 2014)

Staf Ditjen Bea & Cukai, Kemenkeu. Pegiat Forum Lingkar Pena. Penulis lepas. Buku a.l. Gue Gak Cupu (Gramedia, 2010) dan Married Because of Allah (Noura Books, 2014)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bunuh Diri Bintang Korea dan Pancasila yang Melindungi Kita

2 Januari 2018   18:47 Diperbarui: 2 Januari 2018   18:53 970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Masih segar dalam ingatan kita ketika psikolog spesialis pengasuhan anak Elly Risman dibully sejumlah warganet akibat mengitik kebijakan pemerintah melalui Bekraf yang mengundang SNSD alias Girls Generation menyambut gelaran Agustusan di Jakarta. Tak tanggung-tanggung, para K-Popers (sebutan untuk penggemar budaya pop Korea) tersebut menghujani aktivis Yayasan Kita dan Buah Hati tersebut dengan umpatan kasar yang tak layak dilemparkan seorang anak muda kepada yang lebih dewasa. Konon, Elly salah menuding SNSD sebagai simbol seks dan pelacuran. Beliau akhirnya harus minta maaf secara terbuka di jagat twitter. Demikianlah fanatiknya para penggemar penggemar Korea itu.

Semua bermula dari drama-drama yang tayang di layar kaca Tanah Air. Salah satu K-drama yang paling populer pada masanya adalah Full Houseyang dibintangi oleh Rain dan Song Hye Kyo. K-drama inilah yang kemudian membuka pintu bagi Korean waveatau gelombang hallyuyang melanda Indonesia, termasuk K-pop di dalamnya.

Pada awal tahun 2000-an fans K-pop di Indonesia masih terhitung belum banyak meski sudah terkena invasi. Baru sekitar tahun 2011, industri K-Pop mulai melirik potensi pasar di Indonesia dan gelombang hallyu pun kian terasa. 

Konser Super Junior bertajuk Super Show 4pada April 2012 menjadi momentum hebat yang menandai ledakan demam K-pop di Indonesia. Sejak itu, Indonesia menjadi negara wajib pemberhentian tur Asia mereka. Sebut saja nama-nama seperti 2PM, BIGBANG, 2NE1, hingga BTS yang ikut menggelar panggung di sini. Sejak breakthrough-nya pada 2011, K-pop menjadi genre musik yang banyak digemari masyarakat Indonesia. Fans K-pop memang relatif lebih banyak wanita muda. Apa sebab? Sederhananya, karena para artisnya bisa dibilang good looking. Lookism: Diskriminasi Berdasar Fisik

 Sampai di sini sebenarnya masih dalam taraf wajar. Namun bila dikulik ada suatu alarm bahaya yang harus dibaca. Maimon Herawati menyebut ancaman ini sebagai "dari mata turun ke paha". Industri K-Pop dihiasi dengan cewek-cewek seksi, mulus, cantik, tinggi, yang demen joget-joget, menghiasi layar kaca. Lalu para cowok dengan gaya macho, kulit putih bersih, mulus, dan rambut warna warni, juga tak mau kalah.

Tubuh dieskploitasi habis-habisan. Paha mulus amat mudah ditemukan kalau kita cari "girl band korea" di mesin pencari. Mereka meneror generasi millenial (Y) dan generasi Z dengan menampilkan kecantikan dan ketampanan sempurna. Para artis ramai-ramai melakukan operasi plastik. Mata sipit dibeloin, dagu diruncingin, rahang kotak ditiruskan, keriput dihilangkan, kulit putih, mulus, licin! Mereka bergentayangan di musik, drama, film, reality show, dan semua industri hiburan.

Apakah ini seratus persen salah? Di mana salahnya? Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD ini menyebut istilah "lookism". Orang semata-mata dinilai dari bentuk mukanya. Tampang pas-pasan dijamin tak bisa sukses. Meski otak cemerlang level profesor pun tak akan menjanjikan kegemilangan, jika ia tak memiliki rupa menawan. Akhirnya operasi plastik jadi senjata andalan. Mirisnya, para orangtua pun menjadikan operasi plastik ini sebagai hadiah pada momen spesial semisal kelulusan anak remajanya.

 Fenomena Depresi dan Bunuh Diri

Yang menarik dari berita akhir-akhir ini adalah kabar bunuh dirinya Jonghyun Shinee. Kim Jonghyun ditemukan tewas di apartemen yang ia sewa dengan dugaan kuat bunuh diri karena depresi pada Senin (18/12). Tanda pagar #RosesForJonghyun sempat menjadi trending topic nomor 1 Twitter di Indonesia. Penyanyi berusia 27 tahun dengan lebih dari 2 juta pengikut di Instagram ini meninggalkan pesan singkat pada kakak perempuannya berisi, "It's been hard, Let me go. Tellme I've worked hard. This is my farewell." Sang kakak langsung menyadari itu adalah pesan perpisahan sebelum bunuh diri karena Jonghyun telah bertahun-tahun mengalami depresi. Ia langsung lapor polisi namun nyawa Jonghyun tidak tertolong, dan meninggal dunia di rumah sakit.

Kasus Jonghyun sesungguhnya bukanlah hal pertama dalam belantara hiburan Negeri Ginseng. Sebelumnya, Ahn Sojin trainee DSP yang ikut berpartisipasi dalam KARA Project juga bunuh diri karena kontraknya diputus tiga bulan sebelum debut. Ada pula Ja Yeon pemeran Sunny dalam drama Boys Before Flowers yang mengakhiri  hidupnya sebab tak kuat dipaksa melayani 31 pria dalam kamar agar karirnya tetap berjalan. Selain itu, tercatat Lee Eun Jo meregang nyawa sesudah insomnia akut pasca adegan bugilnya dalam The Scarlet Letter.

Sebuah penelitian yang ditulis aktris Park Jin-hee menyebutkan, 4 dari 10 aktor Korea telah menderita depresi dan memiliki dorongan bunuh diri dari waktu ke waktu. Parahnya, ada 20 persen responden yang telah benar-benar membeli "alat" untuk bunuh diri. Ini menunjukkan bahwa tekanan ekstrem untuk tetap tampil menarik dan berada di pusat perhatian membuat mereka mengalami ketidakstabilan mental sehingga membuat pilihan bunuh diri. (tirto.id, 20/12/17) Padahal obyek penelitiannya adalah 260 aktor dengan pendapatan mulai dari 10 juta won per episode hingga kurang dari 1 juta won per bulan. Ini bukan jumlah sedikit tapi tak menjamin kebahagiaan dan kesehatan mental mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun