Bagi masyarakat Sunda khususnya, karinding sudah menjadi salah satu identitas masyarakat. Alat musik ini pada awalnya merupakan alat untuk mengusir hama di sawah ketika masa panen akan tiba.
Cara penggunaanya yang unik membuat karinding kemudian berkembang menjadi alat musik. Karinding sempat menjadi musik khas masyarakat sunda, sebelum akhirnya tergerus oleh zaman. Memasuki periode sekitar 2008, karinding mulai coba dibangkitkan kembali.
Adalah Iman Rahman Anggawiria Kusuma, musisi sekaligus akademisi yang menjadi pelopor kebangkitan karinding. Musisi yang malang melintang dalam perkembangan musik Bandung ini coba membangkitkan karinding melalui inovasi dan pergerakan yang lebih menonjol. Fokus terhadap riset dan pengembangan karinding, pria yang lebih dikenal dengan nama Kimung ini berhasil membangun jaringan bersama berbagai komunitas untuk membangkitkan karinding.
Sudah banyak program dilakukan oleh Kimung beserta komunitasnya, dimulai dengan berdirinya Karinding Attack pada 2009, hingga mengembangkan pusat riset dan pengembangan karinding yang dikenal dengan Pangauban Karinding.
Inovasi lain diciptakan melalui kolaborasi instrumen karinding dengan musik-musik yang lebih modern. Jejaring juga mulai dibangun, dibuktikan dengan mulai bermunculannya berbagai hal yang berkaitan dengan karinding, baik tempat untuk tampil, produksi dan distribusi karya seni yang dominan independen, serta penguatan komunitas di berbagai daerah.
Usaha juga dilakukan melalui jalur akademis. Melalui program Karinding Goes to Europe, hasil dari riset independen yang dilakukan bertahun-tahun membawa karinding menjadi topik yang dibahas dalam konferensi internasional.
Program tersebut juga membawa Kimung melakukan riset terkait dengan karinding dan harpa mulut Indonesia. Berbagai usaha yang dilakukan sudah mulai membuahkan hasil.
Selain perkembangan pesat yang ditunjukan berbagai komunitas karinding, hasil riset yang dilakukan bertahun-tahun akhirnya terabadikan dengan sebuah karya yang berjudul Sejarah Karinding Priangan.
Selain itu, karinding sudah naik kelas menjadi alat musik yang mampu mengangkat derajat masyarakat.
Tentunya, contoh diatas hanya tiga dari banyaknya pegiat budaya yang berjuang melalui jalur musik. Disadari atau tidak, usaha-usaha yang mereka lakukan menjadi salah satu upaya konkret dalam pewarisan serta pelestarian budaya.
Tentunya, hal ini juga bisa menjadi pelajaran bagi kita semua untuk lebih menghargai dan menjaga budaya agar tetap lestari.