Mohon tunggu...
Anugrah Rahmatulloh
Anugrah Rahmatulloh Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Researcher

Ketika kita membaca, kita membuka jalan. Ketika kita menulis, kita berbagi cerita. Dan ketika kita berbicara, kita merawat ingatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Social Distancing, Antara Memutus Penyebaran Wabah dan Permasalahan Sosial Masyarakat

28 Maret 2020   12:52 Diperbarui: 28 Maret 2020   13:16 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi social distancing (sumber: health.gov.au)

Sedianya social distancing juga sudah banyak disampaikan oleh berbagai pihak, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, rumah sakit, bahkan tidak jarang komunitas serta aparat juga mengingatkan untuk membatasi aktivitas. 

Tentunya, dengan situasi seperti demikian, berbagai permasalahan muncul. Permasalahan utama yang terjadi ialah banyaknya orang yang tidak mengidahkan anjuran untuk melakukan social distancing sehingga status masyarakat yang diawasi meningkat tajam. Tentunya, permasalahan berkaitan dengan social distancing tidak hanya hal tersebut saja.

Permasalahan lain yang terjadi ialah, Social distancing menyebabkan masyarakat memberikan "jarak" terhadap orang yang diduga terkena Covid-19. David Good dalam The Cambridge Dictionary of Sociology menyatakan bahwa terdapat beberapa hal yang membuat satu kelompok masyarakat memiliki jarak terhadap masyarakat lain. 

Menggunakan istilah jarak sosial yang dikembangkan oleh Georg Simmel, ia melihat ada sebab-sebab yang membuat masyarakat memiliki jarak sosial dengan salah satu individu atau kelompok lain, baik dengan adanya perbedaan secara fisik, kondisi sosial, serta hal yang mempengaruhi seseorang seperti kondisi pekerjaan, kondisi psikis serta kondisi kesehatannya (Turner, 2006: 573-574). Jarak sosial sendiri bisa bermakna positif maupun negatif.

Kemudian, yang terjadi di Indonesia ialah jarak sosial yang terbentuk di beberapa masyarakat justru cenderung berjarak secara negatif. Sejak diumumkan kasus pertama covid-19 di Indonesia, mulai muncul berbagai stigma dari masyarakat bagi penderita. Seketika, pasien pertama yang terjangkit covid-19 menjadi bahan pembicaraan seluruh masyarakat. 

Muncul berbagai informasi, baik dari media massa maupun broadcast yang menyebar di berbagai media sosial. Permasalahannya, banyak dari informasi tersebut terkesan memberikan penghakiman dan kesan bahwa pasien terjangkit merupakan kelompok masyarakat yang harus dijauhi secara sosial. Selain itu, banyak pula pengucilan dari masyarakat yang dilakukan terhadap orang yang diduga terjangkit, baik ODP maupun PDP.

Berbagai faktor mengiringi sebab banyaknya anggapan negatif terhadap orang-orang yang diduga maupun positif terjangkit Covid-19. Salah satu diantaranya ialah pemberitaan media massa yang cukup banyak menyudutkan pasien. Media massa yang merupakan penyedia informasi pada dasarnya memberikan informasi pada masyarakat mengenai berbagai peristiwa yang terjadi. Tetapi, media massa juga memiliki etika tersendiri dalam memproduksi informasi. 

Setiap pemberitaan yang dilakukan oleh media massa merepresentasikan banyak hal: penggambaran situasi, ide atau gagasan yang akan disampaikan, maupun eksistensi media itu sendiri. Setiap kabar yang diproduksi memberikan suatu konstruksi terhadap masyarakat mengenai apa yang disampaikan (Burton, 2005: 296). 

Berkaitan dengan hal tersebut, beberapa media memberikan informasi yang terkait kasus Covid-19 pertama di Indonesia, memberikan gambaran bahwa pasien pertama seperti pihak yang bersalah dan harus dikucilkan. Informasi pribadi pasien bocor sehingga menimbulkan kepanikan yang terjadi di masyarakat. Kepanikan tersebut mengundang masyarakat untuk menjauhi pasien bukan hanya secara fisik, tetapi juga dalam tataran sosial masyarakat.

Selain itu, munculnya informasi-informasi yang tidak jelas menambah kepanikan dan stigma negatif di masyarakat. Berbagai informasi yang belum jelas kebenarannya banyak tersebar di masyarakat. 

Kabar seperti dua pasien positif pertama yang berdansa dengan orang Jepang, atau kabar lainnya disebarkan oleh orang yang bertanggung jawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun