Satu menit lagi...
Lima
Empat
Tiga
Dua
Satu
Dan................
Duarrrrrr....!!!
Duaaarrrrrr...!!!
Aku tersenyum. Kuhapus wajahku yang dibanjiri air mata dengan tissue. Aku tahu, Kamu tidak akan pernah berubah. Andai saja, kamu datang sejam lebih awal. Ini tidak akan terjadi. Andai saja rasa penasaranmu tidak begitu besar. Hadiah itu, akan kamu buka di rumah bersama istrimu. Hadiah itu, sebenarnya untuk kalian berdua. Apa daya, rasa penasaranmu membunuhmu. Sangat menyedihkan, kamu pergi hanya seorang diri.
Kamu selalu saja mempercayaiku ketulusanku. Mempercayai kebesaran hatiku, melihat dan mengetahui kemesraan kalian. Kamu salah sayang, hadiah itu telah kupersiapkan setahun lalu, setelah kamu memberikan jam tangan ini. Kamu tahu? Aku juga ingin dicintai sepenuh hati. Sama seperti perempuanmu itu. Meskipun aku perempuan yang terlambat menemukan hatimu. Tapi, seharusnya kamu tahu. Semuanya telah kuberikan untukmu. Hati ini....!
Sayang...
Biar adil, Aku tidak akan pernah memilikimu lagi, tidak juga dia.
Selamat Jalan...!
Makassar, 18.10.10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H