Mohon tunggu...
Antria Khusnul Kh
Antria Khusnul Kh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Universitas Lambung Mangkurat

Saya seorang yang menyukai hal yang berbau seniman

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Merangkul Keanekaragaman untuk Menciptkan Generasi Unggul Berbasis Pendidikan Multikultural di Indonesia

24 Juni 2024   17:44 Diperbarui: 24 Juni 2024   18:30 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam artikel "Mengeja Indonesia" disebutkan bahwa bangsa kita bangsa yang unik bangsa yang memiliki banyak anugerah, yang mana bangsa kita dianugerahi beragaman etnis yang banyak, ribuan suku, ras, bahasa adat dan istiadat dan semua itu menjadi satu di dalam satu bangsa yaitu bangsa Indonesia yang mana bangsa kita ini telah maju dalam perkembangan pendidikan multikultural sendiri.

Hal ini sudah menjadi pengetahuan umum di rakyat Indonesia, rakyat Indonesia sadar akan bangsa kita sendiri yang telah di anugerahi banyak keunikan.

Dalam perjalanan historisnya, negara ini memang lahir dari rahim yang majemukannya maka dari itu bisa dibilang negara ini merupakan negara yang sangat plural.

Negara yang sangat plural yang dimaksud itu masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih elemen yang hidup sendiri sendiri tanpa ada pembauran satu sama lain di dalam suatu kesatuan politik.

Dengan berbagai macam perbedaan yang tercantum di dalamnya. Maka dirumuskan lah semboyan yang dijadikan falsafah dalam menjalankan seni-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara yakni bhineka tunggal ika yang artinya "Berbeda-beda tetapi tetap satu jua".

Dari kalimat itu tadi sejatinya bangsa ini tuh merupakan tempat yang sangat nyaman dan bersahabat dengan segala perbedaan yang ada di dalam bentuk apapun.

Namun bak menulis di bibir pantai semboyan yang seharusnya menjadi nafas gerak di dalam menjalankan roda kehidupan berbangsa dan bernegara banyak sekali fenomena-fenomena di negara ini yang tidak mencerminkan nilai-nilai toleransi dan pada akhirnya bertolak belakang atau menyelisihi semboyan negara itu sendiri.

Kemajemukan pada satu sisi memang merupakan bentuk keragaman yang khas dan indah sekaligus menjadi kekuatan sosial jika satu sama lain mengedepankan nilai gotong royong bahu membahu dan bersinergi sesama dalam membangun kemajemukan tersebut.

Namun di sisi lain jika kemajemukan tersebut tidak kelola dan dibina dengan baik dan tepat maka akan menjadi pemicu timbulnya konflik dan kekerasan yang sangat dapat menggoyahkan sendi-sendi kehidupan di bangsa ini yaitu bangsa kita sendiri bangsa Indonesia.

Perlu diingat mengenai strategi yang terjadi pada kisaran bulan Agustus 2019 tahun lalu yaitu tindakan represif dan diskriminatif oleh pihak aparat serta beberapa ormas reaksioner terhadap puluhan mahasiswa Papua yang berada di Surabaya Jawa Timur. Peristiwa yang berawal dari perusakan bendera pusaka yang terletak di depan asrama mahasiswa Papua di Surabaya itu kemudian disusul oleh pengepungan beberapa pihak karena diduga bendera pusaka tersebut dirusak oleh oknum mahasiswa Papua yang berada dalam asrama, juru bicara Front rakyat Indonesia untuk West Papa (FRI-WP),

Dan Surya anta lebih jauh mengatakan "pengepungan dan penyerangan ini juga diiringi perusakan berbagai fasilitas di asrama. Para pengepung juga beberapa kali melontarkan makian bernada rasis kepada mahasiswa Papua." Sangat disayangkan sekali kejadian yang bisa dikatakan terjadi di bulan sakral bangsa Indonesia karena bertepatan dengan hari kemerdekaan bangsa Indonesia yaitu pada tanggal 17 Agustus 2019 belum mampu dijiwai dengan spirit kebangsaan dan kesatuan yang akhirnya menimbulkan perpecahan contohnya saja peristiwa tadi hanyalah setetes sampel dari sekian banyaknya konflik berbau SARA yang terjadi di Indonesia dan merupakan indikator dari buruk dan merosotnya pendidikan multikultural yang ada di Indonesia sampai saat ini (Suciptoh, 2020)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun