Wajahnya tidak ada memperlihatkan tanda-tanda perlawanan, tapi saya sangat sulit mendapatkan jawaban. Kurang lebih setengah jam berinteraksi denganya, tidak satupun respon yang didapatkan. Seperti, saya ajak keluar kamar, untuk menghirup udara segar di beranda depan, beliau hanya diam, tidak mengangguk dan tidak menggeleng. Saya sebutkan nama sambil ingin berjabat tangan, beliau tidak membalas. Intinya, dia tidak ingin ada orang lain di kamar tersebut.
Beberapa saat kemudian, pembimbing memanggil dan  menanyakan, apa yang telah anda dapatkan selama berinteraksi? saya jawab, Tn.N menarik diri, jika dibiarkan ia akan mengalami halusinasi, jika halusinasinya berkembang, kemungkinan akan berprilaku kekerasan atau mencederai diri sendiri. Saat ini, diagnosanya adalah Menarik Diri. Pembimbing hanya mengangguk, dan melanjutkan pertanyaan, apa rencana anda selanjutnya? saya jawab, membina hubungan saling percaya, saya harus rutin mengucapkan salam pada Tn.N dan berinteraksi untuk merangsang  terbinanya hubungan saling percaya.
Kemudian, pembimbing memberitahukan bahwa Tn.N baru masuk Rumah Sakit kemaren, belum banyak dapat sentuhan petugas, hal tersebut kesempatan besar bagi anda mempraktekan ilmu Keperawatan Jiwa, pungkasnya. Dan beliau menyuruh, besok pagi (hari ketiga) saya harus membuat laporan tentang strategi pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan, tugas tersebut ditulis di kertas double polio.
Tulisan ini juga diposting di Medianers.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H