Mohon tunggu...
Purbo Iriantono
Purbo Iriantono Mohon Tunggu... Freelancer - Jalani inspirasi yang berjalan

"Semangat selalu mencari yang paling ideal dan paling mengakar" merupakan hal yang paling krusial dalam jiwa seorang yang selalu merasa kehausan kasih...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Upgrade Kurikulum dan Visi Pandemik!

27 Agustus 2020   06:53 Diperbarui: 27 Agustus 2020   06:50 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terkait kurikulum pendidikan, penulis hanya ingin meneropong celah yang masih dapat disederhanakan dan lebih diamankan melalui iklim interkoneksi. Pertanyaan kritisnya adalah, apakah satuan mata pendidikan tidak dapat diberi penilaian akhir dalam bentuk rumpun mata pendidikan? 

Dengan adanya rumpun mata pendidikan ini, penulis berharap akan terjalin kerjasama antar pendidik dan pembelajar dalam satu rumpun mata pelajaran atau pendidikan. 

Misalnya, rumpun mata pelajaran ilmu sosial, seperti mata pelajaran sejarah, budaya, sosiologi, kewarganegaraan (politik), agama (filsafat?) cukup diwakili dengan satu nilai saja.

 Rumpun mata pendidikan ini pun akan mereduksi kecenderungan totaliter dalam diri masing-masing pengajar karena mereka harus bekerja sama dan saling terkoneksi dengan pengajar lain yang serumpun, setidaknya dalam kasus dimana nilai siswa terletak di luar nilai norma kelasnya, bila nilai siswa masih dalam ranah norma kelas, masing-masing pengajar cukup memberikan nilai versi masing-masing kemudian di reratakan. 

Namun bila nilai siswa ada di bawah atau di atas norma kelas, maka guru serumpun wajib membahas dan memberi keputusan berdasarkan pertimbangan akhir dari para guru serumpun. 

Mungkin saja siswa yang lemah di mata pelajaran sejarah akan terbantu dengan mata pelajaran agama yang paling diminati, begitupun sebaliknya. Dengan demikian, resiko munculnya gelar guru killer semakin dapat dihindari, dan pendekatan rumpun ini akan kian positif bila didasarkan pada patok rumpun kecerdasan jamak.

Dengan kian eratnya keterkoneksian di antara guru (dan siswa) serumpun, selain akan menyederhanakan jumlah nilai rapor, juga akan mengurangi rijiditas pola pikir si pengajar serta pembelajar. 

Mereka (siswa) dapat memilih bab tertentu dalam pelajaran tertentu yang diminati dan terpantau pula oleh si pengajar melalui keterkoneksian dengan guru lain serumpun. Misalnya, siswa yang berminat besar pada bab terkait relasi sosial dapat dipantau tidak hanya dari satu mata pelajaran, melainkan dari beberapa mata pelajaran serumpun.

Demikianlah sekelumit pemikiran santai dari penulis, terima-kasih!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun