Bila sudah sampai pada taraf ini, maka apakah daya kenyal naluri interconnected kita semakin dibatasi atau kian tertantang dan termunikan? Yang jelas keseluruhan kuasa manusiawi kita mulai berkurang secara drastis, kesetaraan jender mencuat dan berkibar (orang mulai berpikir sepuluh kali lipat untuk memperalat orang lain, karena hidupnya sendiri sudah diujung tanduk), nilai-nilai keseksian berubah total (mana ada filem porno dengan piranti oksigen?Â
Pornografi yang pake masker pun sudah banyak mereduksi erotisme), mungkin nafas-nafas hasrat libido hanya kita peroleh di dalam ruang berfasilitas oksigen; mungkin ketelanjangan yang selama ini masih kita tabukan, sudah jadi usang dan orang tidak lagi heran dengan nudis bermasker oksigen (nilai estetis busana bergeser atau digeser ke nilai fungsionalitas atau estetisnya piranti oksigen; mungkin karena libido selalu bergandengan tangan dengan faktor pemicu kesekaratan yaitu masker oksigen itu sendiri). Dan seterusnya, kok penulis malah ngelantur?!
Kembali ke masalah upgrade yang mencakup arti kecanggihan dan keserasian langkah; maka dengan kondisi yang mulai menonjolkan aspek interconnectedness ini kita mulai pula harus mempertanyakan, misalnya, nilai-nilai dasar demokrasi; seperti, apakah di era yang sudah multi platform dan serba terkoneksi ini nilai-nilai demokrasi tidak mengalami pergeseran?Â
Masih relevankah apa yang selama ini kita kenal dengan gerakan moral? Bila tetap bersikukuh pada eksistensi gerakan moral, pertanyaannya, mengapa tidak melalui platform yang sudah tersedia luas dan beragam, misal, platform agama, platform parpol, platform media massa daring atau luribg.Â
Moral macam apakah yang belum tercakup dalam platform yang ada? Atau karena alasan internal "perverse" yang selalu tidak mengalami keserasian dengan semua platform tersedia? Itulah pertanyaannya, jadi bukan masalah bebas atau tidaknya mengemukakan pendapat, melainkan masalah relevansi gerakan moral itu sendiri.Â
Aneh sekali, justru di saat pandemik yang amat kritis, dan di era serba terkoneksi ini, tanpa protes dan tawaran alternatif, tiba-tiba berteriak "cerai dan selamatkan! Atau tunggu waktunya...??"
Itu contoh yang menyangkut demokrasi, contoh lain, adalah fakta bahwa interkoneksi ke semua sektor yang kian mendesak karena pandemik juga mengimplikasikan kian dekat atau rentannya kita dengan yang namanya keterancaman, keterancaman dari segala bidang, dari yang ideologis hingga ke yang fisik.Â
Interkoneksi ini juga mulai membuka mata kita pada realitas pengaruh kekuatan aktor-aktor di kancah global dan posisi kekuatan dan kelemahan kita yang harus mulai disadari oleh semua anak bangsa.Â
Semua fenomena ini mengantarkan kita pada pemahaman organik yang tidak hanya berpatok pada satu atau dua prinsip dasar, melainkan pada segenap keterkaitan yang terjelma dari banyak prinsip dasar, dan semua prinsip dasar ini bersifat fatal atau mematikan.
Dulu, di jaman jadul kita cukup puas dengan penjelasan metafisik atau relijius; lalu berkembang mulai menuntut penjelasan yang fenomenologis, yang muncul di kesadaran saja; lalu berkembang lagi mulai menuntut penjelasan yang hanya dapat disistematisasi atau terstruktur; lalu berkembang lagi, dan mulai menuntut penjelasan yang mencakup segala hal di luar pakem ideologi dan struktur, inilah era teknologi informasi atau era serba keterkaitan.Â
Diharapkan, pada era serba berkaitan ini tidak ada lagi institusi yang berlindung di balik dinding ideologi sterilisasi. Semua institusi harus saling terbuka dan saling bekerjasama, tidak terkecuali institusi pendidikan dan militer.