Suasana pembelajaran di kelas tentu berbeda, dulu biasanya anak -- anak lebih aktif dan nakal, lompat sana sini, ganggu temanya, belum lagi masa puber yang membuat mereka banyak menarik perhatian dengan tingkah yang aneh -- aneh. Sekarang suasana di kelas lebih tenang, kalem. Bahkan kalau kita salah kelolah kelas, bisa langsung bermeditasi di tengah kuliah, saking senyapnya.
Mata pelajarannya ternyata beda. Tidak ada memang hubungan bola besar dan pencernaan. Kalau dulu satu orang guru tanggung jawab satu mata pelajaran, sekarang dominan kita mengajar tim, satu mata kuliah dua dosen. Masuk kelasnya bergantian. Masing-masing bertanggung jawab delapan pertemuan. Saya mendapat jatah matakuliah lebih umum pada bidang pendidikan, karena kalau ke arah biologi tentunya sangat sulit bagi kita yang hobi lari, lompat, lempar. Bisa-bisa mahasiswanya ikut tersesat karena kita salah ngajar.
Bagian yang paling nikmat menjadi dosen adalah waktu kerja yang lebih fleksibel. Selamat tinggal tugas piket masuk 06.30 tiap pagi. Biasanya kalau sedang tidak mengajar atau sedang tidak ada tugas yang lain maka minimal jarak absen cek in dan cek out di kampus adalah 4 jam. Waktu perkuliahan dari jam 07.00 pagi hingga 20.00 malam.
Waktu kerja fleksibel ternyata punya dampak buruk. Niat saya adalah bangun pagi lalu sepedaan satu jam, atau jalan pagi. Namun ternyata begitu sulitnya wujudkan itu. Niat keren, praktek zonk. Karena tidak ada tuntutan bangun pagi, malah jadi malas bangun pagi, jadi kurang produktif.
Apa sulitnya menjadi dosen? Ternyata banyak juga tuntutan administrasi dosen. Penelitian yang dulu menjadi hal yang terasa berat ketika kita menjadi mahasiswa ternyata itu adalah kewajiban dalam pekerjaan ini. Adalagi kewajiban pengabdian sesuai tuntutan Tri dharma perguruan tinggi.
Kami yang masih baru terlihat masih bingung harus memulai dari mana, namun terlihat pada bapak ibu yang sudah lebih dari 3 tahun di sini sepertinya santai-santai saja menjalani semua tuntutan itu. Asyk dan menikmati. Mungkin sudah menemukan pola yang sesuai.
Kira -- kira begitu, pengalaman receh yang bisa saya bagikan, dari pengalaman yang unik bagi saya. Semoga ada inspirasi tipis-tipis dari cerita ini. Tapi sepertinya tidak ada yah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H