Mohon tunggu...
Antonius Hardito Sussatrio
Antonius Hardito Sussatrio Mohon Tunggu... Lainnya - Petroleum Engineer

Mahasiswa Magister Energi Universitas Diponegoro Semarang

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Renewable Energy Tulang Punggung Bauran Energi 2025, "Potensi Mikroalga bagi Ketahanan Energi Negeri di Masa Pandemi"

14 Mei 2020   21:10 Diperbarui: 16 Mei 2020   00:55 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain biodiesel, biomassa pada mikroalga dapat diubah menjadi bioethanol dengan cara fermentasi, biobuthanol dan SVO (Straight Vegetable Oil) dimana minyak yang dihasilkan dapat digunakan secara langsung untuk mesin diesel yang telah disesuaikan. 

Kemampuan dari mikroalga dalam memproduksi biomassa lebih baik bila dibandingkan dengan tumbuhan lain seperti Jagung, Jarak, Kedelai, bahkan Kelapa Sawit, tercatat Alga dapat memproduksi energi 20 sampai 100 kali lipat dibanding tumbuhan yang lain.

Selain itu, Alga memiliki keuntungan yang lain yaitu tidak butuh lahan yang luas dalam mengembangkannya, hanya membutuhkan tidak kurang dari 3 hektar untuk memproduksi tiga kali kemampuan produksi kelapa sawit pada lahan seluas 45 hektar.  Pada bioethanol, alga memiliki potensi untuk menghasilkan 40 sampai dengan 150 ribu liter ethanol per ha (hektar).

Pengembangan Mikroalga di Indonesia sangatlah penting mengingat wabah COVID-19 jelas membawa efek yang besar khususnya pada sisi permintaan energi. 

Dalam jangka panjang, ketahanan energi dan transisi energi di Indonesia juga ikut terdampak, Bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) yang dicanangkan pemerintah sebesar 23 % pada tahun 2025 dengan asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5% per tahun sampai 2020 dan 6.5% pada 2025 akan sulit tercapai, hingga pada tahun 2020 pencapaian pertumbuhan porsi EBT masih berada dibawah target KEMEN ESDM sebesar 13,4%.

Mengutip dari ebtke.esdm.go.id nilai investasi sebesar 1,37 Miliar USD  untuk Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) Bioenergi jika alokasinya dapat termanfaatkan dengan baik, proses pengembangan Mikroalga di Indonesia dapat dimaksimalkan, mulai dari tahap penelitan hingga produksi dalam skala kecil, menengah, dan skala massal.

Untuk produksi pada skala massal potensi Bioenergi dari Mikroalga sendiri sebesar kurang lebih 130 ribu liter per 2 ha (hektar).  Transisi pada penggunaan depleteable resources (Energi fosil) menuju ke RE dapat dipercepat dengan pengembangan dan produksi mikroalga, di samping mulai maret 2019 Pertamina sudah tidak lagi melakukan impor Bahan Bakar Minyak (BBM) Solar.  

Pengembangan Bioenergi Mikroalga harus dilakukan dengan serius dan dibutuhkan usaha ekstra melalui karya-karya dari lambung akademi (mahasiswa sebagai peneliti dan tenaga pengajar), dan khususnya Pemerintah beserta elemen lain terkait. - Fiat Lux.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun