Selain biodiesel, biomassa pada mikroalga dapat diubah menjadi bioethanol dengan cara fermentasi, biobuthanol dan SVO (Straight Vegetable Oil) dimana minyak yang dihasilkan dapat digunakan secara langsung untuk mesin diesel yang telah disesuaikan.Â
Kemampuan dari mikroalga dalam memproduksi biomassa lebih baik bila dibandingkan dengan tumbuhan lain seperti Jagung, Jarak, Kedelai, bahkan Kelapa Sawit, tercatat Alga dapat memproduksi energi 20 sampai 100 kali lipat dibanding tumbuhan yang lain.
Selain itu, Alga memiliki keuntungan yang lain yaitu tidak butuh lahan yang luas dalam mengembangkannya, hanya membutuhkan tidak kurang dari 3 hektar untuk memproduksi tiga kali kemampuan produksi kelapa sawit pada lahan seluas 45 hektar. Â Pada bioethanol, alga memiliki potensi untuk menghasilkan 40 sampai dengan 150 ribu liter ethanol per ha (hektar).
Pengembangan Mikroalga di Indonesia sangatlah penting mengingat wabah COVID-19 jelas membawa efek yang besar khususnya pada sisi permintaan energi.Â
Dalam jangka panjang, ketahanan energi dan transisi energi di Indonesia juga ikut terdampak, Bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) yang dicanangkan pemerintah sebesar 23 % pada tahun 2025 dengan asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5% per tahun sampai 2020 dan 6.5% pada 2025 akan sulit tercapai, hingga pada tahun 2020 pencapaian pertumbuhan porsi EBT masih berada dibawah target KEMEN ESDM sebesar 13,4%.
Mengutip dari ebtke.esdm.go.id nilai investasi sebesar 1,37 Miliar USD Â untuk Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) Bioenergi jika alokasinya dapat termanfaatkan dengan baik, proses pengembangan Mikroalga di Indonesia dapat dimaksimalkan, mulai dari tahap penelitan hingga produksi dalam skala kecil, menengah, dan skala massal.
Untuk produksi pada skala massal potensi Bioenergi dari Mikroalga sendiri sebesar kurang lebih 130 ribu liter per 2 ha (hektar). Â Transisi pada penggunaan depleteable resources (Energi fosil) menuju ke RE dapat dipercepat dengan pengembangan dan produksi mikroalga, di samping mulai maret 2019 Pertamina sudah tidak lagi melakukan impor Bahan Bakar Minyak (BBM) Solar. Â
Pengembangan Bioenergi Mikroalga harus dilakukan dengan serius dan dibutuhkan usaha ekstra melalui karya-karya dari lambung akademi (mahasiswa sebagai peneliti dan tenaga pengajar), dan khususnya Pemerintah beserta elemen lain terkait. - Fiat Lux.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H