3. Menanamkan nilai-nilai tertentu kepada peserta didik melalui cara yang rasional dan diterima peserta didik sehingga pada akhirnya nilai tersebut menjadi milik peserta didik.
4. Melatih peserta didik cara menilai, menerima dan mengambil keputusan terhadap suatu persoalan dalam hubungannya dengan kehidupan sehari-hari.
Value Clarification Technique (VCT) dalam proses pembelajarannya meliputi langkah-langkah kedalam 3 tingkatan, yaitu :
Tingkatan pertama, kebebasan memilih (Kognitif). Dimana peserta didik dapat memilih dan memilah secara bebas, memilih dari beberapa sikap, dan memilih setelah melakukan analisis pertimbangan konsekuensi yang akan timbul sebagai akibat atas pilihannya tersebut.
Tingkatan kedua, menghargai (Afektif). Peserta didik mendapati perasaan senang dan bangga dengan nilai yang mereka miliki dan menegaskan bahwa nilai yang mereka pilih merupakan bagian integral dalam dirinya.
Pada proses pembelajaran peserta didik dihadapkan pada hasil nilai yang nantinya harus mereka pertahankan dan mereka miliki sepenuhnya tanpa peserta didik harus malu dengan segala hasil yang dicapai.
Tingkatan ketiga, berbuat (Psikomotorik). Yaitu adanya kemauan dan kemampuan peserta didik untuk mencoba melaksanakan sesuai dengan materi yang ada. Mau melaksanakan perilaku sesuai dengan nilai pilihannya yang dapat mereka terapkan dalam kehidupan sehari-harinya.
Sintaks dari model pembelajaran VCT biasanya meliputi : persiapan, penggunaan media pembelajaran, pemberian stimulus, dan melibatkan siswa pada proses pembelajarannya.
Adapun kegiatan guru ketika proses pembelajaran yaitu guru mencari atau membuat media stimulus yang berupa contoh, keadaan atau perbuatan yang memuat nilai-nilai kontras sesuai dengan topik atau tema dari target pembelajarannya.
Guru juga melontarkan stimulus dengan cara bercerita atau menampilkan gambar, foto atau film yang sudah disiapkan terlebih dahulu. Selanjutnya guru memberi kesempatan beberapa saat kepada siswa untuk berdialog sendiri atau bersama teman-teman sehubungan dengan stimulus tadi. Dan guru harus mampu merangsang, mengundang dan melibatkan potensi afektual yang terdapat pada siswa.
Seiring dengan langkah yang dilakukan guru, maka kegiatan peserta didik yaitu menentukan pembahasan atau pembuktian argumen pada fase awal, sudah ditanamkan target nilai dan konsep sesuai dengan materi pembelajarannya.