Mohon tunggu...
Dr dr M N Ruky M Kes Apt Sp GK
Dr dr M N Ruky M Kes Apt Sp GK Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Dokter

Professional Medicine, Apoteker, Nutrition and Leadership

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kemiskinan di Daerah, Problematika dan Solusinya (part 3)

4 Mei 2024   20:35 Diperbarui: 4 Mei 2024   20:43 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

  •      
    By Dr. dr. Apt. Muh. Nasir Ruki Al Bugisy, S.Si, M.Kes, Sp.GK

    Ketahanan Pangan Pada Rumah Tangga Miskin

    Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan hidup. Oleh karena itu, kondisi ketahanan pangan terutama di wilayah kategori sulit dan miskin menjadi hal yang serius untuk diperhatikan, sebab menyangkut dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat.

    Kondisi ketahanan pangan Indonesia sudah bermasalah dalam keterjangkauan pangan, ketersediaan pangan, dan harga pangan. Kondisi ini berpengaruh terhadap indikator ketahanan pangan, berupa ketersediaan pangan, keterjangkauan pangan, dan stabilitas harga pangan.

    Ketersediaan pangan yang tidak memadai, mengandung arti bahwa secara rata-rata, pangan tidak tersedia dalan jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi. konsumsi pangan tidak memadai akan menyebabkan tidak terpenuhinya asupan gizi individu sesuai yang dianjurkan.

    Keadaan ini mengacu pada fakta, bahwa masih banyak masyarakat yang mengalami kelaparan karena ketidakadaan sumber daya untuk memproduksi pangan atau ketidakmampuan untuk membeli pangan sesuai kebutuhan.

    Ketahanan pangan merupakan isu pokok dalam pemenuhan kesejahteraan masyarakat, karena akan menentukan kestabilan ekonomi, sosial dan politik dalam suatu negara.

    Ketahanan pangan merupakan situasi di mana semua rumah tangga mempunyai akses, baik fisik maupun ekonomi untuk memperoleh pangan bagi seluruh anggota keluarganya dan di mana rumah tangga tidak berisiko mengalami kehilangan kedua akses tersebut. Hal tersebut, berarti konsep ketahanan pangan mencakup ketersediaan yang memadai, stabilitas, dan akses terhadap pangan-pangan utama.

    Ketersediaan pangan yang memadai mengandung arti, bahwa secara rata-rata, pangan tersedia dalam jumlah yang mampu memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat. Stabilitas merujuk pada kemungkinan, bahwa pada situasi sesulit apa pun, konsumsi pangan tidak akan jatuh di bawah kebutuhan gizi individu yang dianjurkan. Sedangkan akses, mengacu pada fakta bahwa masih banyak masyarakat yang mengalami kelaparan karena ketidakadaan sumber daya untuk memproduksi pangan atau ketidakmampuan masyarakat untuk membeli pangan sesuai kebutuhan.

    Ketahanan pangan keluarga adalah kemampuan keluarga dan seluruh anggotanya setiap saat, untuk mendapatkan pangan yang cukup guna aktivitas dan kehidupan yang sehat.

    Ketahanan pangan mencakup pencapaian minimum pada ketersediaan nutrisi yang cukup, memadai dan pangan yang aman, serta adanya jaminan untuk memperoleh pangan yang layak dalam lingkungan sosial dan dengan cara yang dapat diterima oleh masyarakat, atau tanpa harus mengais sisa-sisa makanan dalam sampah, mencuri, ataupun dengan cara lain yang tidak pantas.

    Hal tersebut penting, karena keluarga merupakan awal dari kehidupan bagi anak dan anggota keluarga yang lain, terutama dalam hal pemenuhan pangan, gizi, Pendidikan dan kesehatan.

    Oleh karena itu, rumah tangga dikatakan tahan pangan jika dalam jangka waktu tertentu memiliki makanan yang cukup untuk anggotanya dalam seluruh periode. Kalau tidak, rumah tangga itu tidak aman pangan.

    Kebalikan  dari ketahanan pangan adalah rawan pangan. Kerawanan pangan terjadi manakala rumah tangga mengalami ketidakcukupan pangan untuk memenuhi standar kebutuhan bagi pertumbuhan dan kesehatan para anggota keluarganya. Salah satu golongan masyarakat yang rawan pangan adalah rumah tangga miskin.

    Rumah tangga miskin dapat diidentifikasi dengan penerapan ukuran insiden kemiskinan pada tingkat individu. Penentuan Penentuan garis kemiskinan menurut konsep Sayogyo untuk kota adalah berdasarkan rata-rata kebutuhan kalori dan protein untuk orang Indonesia. Berdasarkan saran dari WHO, yaitu 1.900 kalori dan 40 gram protein per kapita per hari.

    Menurut garis kemiskinan Sayogyo :

    1) Rumah tangga miskin adalah rumah tangga dengan pengeluaran setara beras kurang dari 320 kg per kapita per tahun
    2) Rumah tangga sangat miskin adalah rumah tangga dengan pengeluaran setara beras kurang dari 240 kg per kapita per tahun.
    Kemiskinan akan sangat berpengaruh pada ketahanan pangan, karena rumah tangga miskin tidak mampu menyediakan pangan dalam jumlah yang cukup, aman dan bergizi baik dengan memproduksi sendiri maupun membeli. Merekal yang masuk kategori miskin berdasarkan data BPS adalah yang pengeluarannya dibawa Rp. 460.000 per orang atau Rp. 2,2 juta per keluarga per bulan.

    Solusi Mengatasi Masalah

    Upaya memberantas kemiskinan telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia sejak lama. Namun, sampai saat ini bangsa Indonesia masih termasuk kategori negara miskin. Kemiskinan akan berdampak pada ketahanan pangan rumah tangga. Ketidakmampuan rumah tangga membeli bahan makanan yang sehat dan layak, akan menyebabkan anggota keluarga terutama anak usia balita tidak terpenuhi asupan gizinya, yang pada akhirnya menimbulkan penyakit kurang gizi hingga gizi buruk.

    Strategi ketahanan pangan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kemiskinan di antaranya :

    a) Pembangunan Sektor Pertanian.
    b) Sektor pertanian memiliki peranan penting di dalam pembangunan, karena sektor tersebut memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pendapatan masyarakat di pedesaan, berarti akan mengurangi jumlah masyarakat miskin.
    c) Pembangunan Sumber Daya Manusia
    Sumber daya manusia merupakan investasi insani yang memerlukan biaya yang cukup besar, diperlukan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan ke-sejahteraan masyarakat secara umum. Maka dari itu, peningkatan lembaga pendidikan, kesehatan dan gizi merupakan langkah yang baik untuk diterapkan oleh pemerintah.

    Bila dikaitkan pada sektor pertanian, akan lebih berkembang jika kebijakan pemerintah bisa menitik-beratkan pada transfer sumber daya dari pertanian ke industri melalui mekanisme pasar.

    Kecukupan konsumsi pangan yang berkelanjutan dalam rumah tangga, dapat mencegah terjadinya masalah ketidakcukupan asupan gizi dalam keluarga. Persyaratan kecukupan keberlanjutan konsumsi pangan dapat tercapai bila ada kemudahan mengakses secara fisik dan ekonomi terhadap pangan. Hal ini tercermin dari jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi oleh rumah tangga.

    Asupan gizi optimal dapat ditunjukkan oleh kemampuan rumah tangga memperoleh pangan dan menggambarkan tingkat kecukupan pangan dalam rumah tangga. Perkembangan tingkat konsumsi pangan tersebut secara implisit juga direfleksikan melalui tingkat pendapatan atau daya beli masyarakat terhadap pangan.

    Akses terhadap pangan di tingkat daerah, dapat dilakukan dengan beberapa cara. Diantaranya, menyediakan bahan pangan pokok lokal, menjamin ke-tersediaan pangan wilayah, manajemen stok pangan dan stabilitasi harga pangan, pada tingkat masyarakat membentuk kelembagaan pangan.

    Kegiatan-kegiatan pelaksanaan lumbung desa, diharapkan didukung oleh peran serta aktif dari masyarakat desa itu sendiri, dengan bantuan pemerintah sesuai dengan perkem-bangan situasi dan kondisi setempat.

    Sistem lumbung desa ini dapat berperan sebagai ujung mata rantai dan juga wadah lokal bagi program-program bantuan sosial pemerintah, padat karya, intensifikasi usaha tani, dan PKK.

    Cara cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kemiskinan di Indonesia terkhusus di daerah miskin

    - Pemerintah daerah membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakatnya.
    - Pemberian kompensasi yang sesuai kompetensi, kinerja kerja dan tingkat kemahalan di daerahnya.
    - Penyaluran bantuan yang tepat sasaran
    - Tidak melakukan penyalahgunaan dana (korupsi)
    Selain itu, pengentasan kemiskinan terutama di daerah miskin ekstrim adalah dengan  upaya peningkatan ketahanan pangan dapat ditempuh mulai dari tingkat ketersediaan pangan, yaitu dengan memberdayakan petani/nelayan baik sebagai produsen maupun konsumen
    Upaya dilakukan melalui subsidi input, peningkatan infrastruktur, pencetakan lahan sawah baru, bantuan kapal penangkap ikan, perbaikan sistem dan sumber daya penyuluh/pendamping, kerja sama dengan perguruan tinggi dalam menghasilkan inovasi, dan menghidupkan kembali lumbung pangan di setiap rumah tangga.
    Oleh karena itu, kita sebagai masyarakat dimana pun kita berada, harus bekerja sama dengan pemerintah daerahnya dalam mengatasi kemiskinan yang ada di wilayahnya untuk kepentingan  bersama agar masyarakat di setiap wilayah khsususnya dan Indonesia pada umumnya mengalami perubahan kearah yang lebih baik, sejahtera dan mampu bersaing dengan negara negara lainnya.
    Sebagai penutup, penulis kutip puisi suara dari desa (Atris Pattiasina) "Dengarlah suara rakyat kecil, jangan buta karena angka, Jangan tuli akan jeritan, jangan serakah karena kepentingan. Kepada tuan dan puan, kembalikan hak kami !!! Bagi pembangunan yang merata. Pulihkan ekonomi Indonesia lewat desa yang tertinggal..."

    Selamat membaca..!

     
    Disadur dari berbagai sumber.
     
    Penulis adalah :
    Dokter Spesialis Gizi Klinik dan Apoteker
    Staf Medis di RSUD Mulia-Puncak Jaya Papua 
     

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun