Mohon tunggu...
Anthony Tjio
Anthony Tjio Mohon Tunggu... Administrasi - Retired physician

Penggemar dan penegak ketepatan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jembatan Merah di Atas Kanvas Joni Ramlan

26 Februari 2020   06:07 Diperbarui: 26 Februari 2020   15:50 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di atas jembatan yang berukuran 40 meter ini penuh keramaian, merupakan  penerusan Jalan Kembang Jepun dari sebelah timur, yang dari semula sudah menjadi kawasan perniagaan golongan bangsa-bangsa Timur, orang Arab, Tionghoa, dan Melayu sejak zaman Belanda.

Di sepanjang jembatan ada hiasan ornamen yang menggantung dari atas dan umbul umbul runcing rokok kretek jantan di sisi kanan dan kiri, kerasa jembatan menjadi sesak, bukan dari banyaknya orang yang berjalan di situ, tetapi karena sudah menjadi tempat parkir becak untuk pengemudinya beristirahat, belum lagi sepeda sepeda yang dikelelerkan, juga pedagang pikulan dan bibi jajan yang menyuguhkan bubur pasar di atas trotoar sana.

Gambar Erick ireng/Antara Foto
Gambar Erick ireng/Antara Foto
Namun bila memilih berjalan kaki menyeberanginya dari Kembang Jepun ke jurusan Jembatan Merah Plaza, ada baiknya, bisa sambil meneliti kemegahan deretan gedung-gedung peninggalan kolonial, yang memagari tepi barat Kalimas. Gedung Cerutu, Gedung Internatio, Gedung Singa yang kita masih kenal.

Dalam lukisan, Joni Ramlan merekam semua kegiatan sehari-hari sebagaimana adanya diatas jembatan. Inilah Surabaya.

Bila kia-kia di Surabaya, jangan lupa mampir ke Jembatan Merah, walau banyak yang kecewa, tidak segagah dan indah dalam lagu Gesang, tetapi kesitu kita tapak tilas kisah kepahlawanan yang melambangkan kepatriotisan Arek Suraboyo.

Lukisan yang Menceritakan Sejarah Monumen Kota Surabaya.

Lokasi Jembatan Merah yang merentang dari tepi timur ke barat Sungai Kalimas ini, pernah menjadi titik akhir pelayaran perahu pengangkutan dari jalur perniagaan maritim antara China, Champa, dan Kerajaan Mataram Islam di Jawa Timur.

Jembatan Merah circa 1890. (Gambar dari dveseluputenis.lv.id)
Jembatan Merah circa 1890. (Gambar dari dveseluputenis.lv.id)
Menurut penuturan orang tua di Pecinan tempo dulu, Jembatan Merah ini bangunan orang Jepang yang di Kembang Jepun jauh sebelum zaman Belanda, bukan tentara Jepang sewaktu Perang Dunia Ke-2, yang kemudian bisa menghubungkan Kembang Jepun ke kawasan pemerintahan daerah, Kantor Karesidenan yang didirikan VOC di seberangnya.

Orang Jepang pun sudah berdatangan di Pecinan sebelum VOC, mereka merupakan golongan petani dari Champa, juga ada yang berusaha perhotelan, dan membawakan bunga sakura disini, sehingga kawasan mereka menjadi Kembang Jepun. 

Mereka membangun satu jembatan kayu di ujung Jalan Kembang Jepun untuk menyeberangi Kalimas menuju ke sawah-sawah mereka. Belanda menyebut Jembatan Jepang itu Roode Brug. Tidak ada penjelasannya. 

Mengenai penamaan jembatan merah tersebut, semestinya karena jembatan kayu itu dicat warna merah sebagaimana khasnya jembatan di Jepang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun