Joni Ramlan mengusung para master impresionis yang terpilih untuk mengesankan Jembatan Merah di Surabaya. Seakan-akan menitipkan rasa sayangnya melihat keadaan keterlantaran obyek tujuan turisme di saat dia melukiskan gambaran itu.
 Lukisan yang Merupakan Peninggalan Satu Era Zaman.
Satu lukisan berwarna biru yang melancholic seperti irama lagu keroncongnya Gesang walaupun merdu, begitulah kesan pertama sewaktu memandangnya.
Kapankah pernah kelihatan langit Surabaya biru? Di kanvas Joni Ramlan ini.
Entah pelukis Joni Ramlan pernah berguru dimana dan pada siapa, pemakaian warna cerulean blue yang mendominer di langit dan pantulan cerminnya di permukaan Kalimas, sangat powerful dan effective.
Bagaikan secelah sinar matahari yang menerobos kegelapan langit yang sedang mendung, diutarakan dengan warna kopi-susu, menggambarkan jembatan dan gedung di latar belakang yang terang, memberikan secupit harapan di waktu kehidupan yang kusam. Everything is going to be alright.
Kesederhanaan 2 warna saja, Joni Ramlan berhasil mengutarakan lukisan yang bersinar harapan. Pemakaian warna begini bisa mengingatkan aliran seniman dari Soviet Uni, pada era sebelum runtuhnya Dinding Berlin.
Lukisan Tanda Kota yang Penuh Gairah.