Bergelombang pasukan Tang dari garison Gushi itu menuju ke tujuannya, itu merupakan perjalanan yang panjang dan sulit untuk mencapai ke daerah dimana ada kegaduhan di Min-nan, sepanjang jalan tidak kurang ada yang jatuh sakit dan meninggal dunia dari malaria, ini termasuk panglimanya sendiri Jendral Tan Ceng (Chen Zhen).
Dalam gelombang pertama yang dikirimkan pada tahun 670 AD itu, terdiri dari 3600 orang dari sebanyak 58 marga Tionghoa, karena panglimanya mendadak meninggal dunia, lalu disusul dengan gelombang kedua yang lebih besar, sebanyak 7000 orang dari 90 marga, yang ini dipimpin oleh Jendral Tan Wan Kong (Chen Yuan Guang) anaknya Tan Ceng yang masih jejaka, beserta neneknya, mantan putri bangsawan Dinasti Shui yang berpendidikan militer, untuk membimbing jejaka jendral Tan Wan Kong ke Min-nan.
Ekspedisi untuk menumpas huru hara di Min-nan itu juga unik, mungkin selain untuk menenangkan keadaan kegaduhan, juga untuk menanam lebih banyak Tionghoa Han yang kuat disana. Dengan demikian, selain terdiri dari prajurit yang masih jejaka, banyak yang sudah berkeluarga, sekalian keluarganya boleh dibawa kesana untuk kemudian menetap di Min-nan.
Setiba Pasukan Tang tersebut di Min-nan, mereka terus mendirikan benteng tangsi dipegunungan diutaranya Xiamen yang mendekati wilayah suku She diselatannya. Tangsi Tang mereka itu berupa bangunan tembok benteng tanah liat yang melingkar dalam bentuk persegi dan juga ada yang bulat, itu merupakan desain benteng tangsi untuk pertahanan dari serangan Barbar sejak zaman Han yang sudah turun temurun ribuan tahun berada di Tiongkok Semula. Dibangunan yang sekarang disebut Bangunan Tanah (Tu-lou) itu, sehari-harinya mereka berkehidupan sebagai petani yang menggarap tanah sambil bersiaga sebagai tentara.
Kegaduhan suku She itu ternyata bisa disirepkan secara diplomatik oleh Jendral Tan Wan Kong. Setelahnya terjadi kehidupan harmonis diantara mayoritas suku She dan minoritas Tionghoa Tang disana.
Sebagian orang Tang asal Gushi Henan itu kembali ke utara, tetapi para jejaka dan kebanyakan keluarga yang menemukan daerah di Min-nan itu, lebih subur dan lebih hangat dari keadaan di Dataran Sentral sana, mereka terus berbaur dengan suku She dan menetap sebagai orang Min-nan.
Ini terus membuka jalan lebar bagi migrasi orang dari Gushi Henan ke Min-nan, terutama sewaktu keakhiran Dinasti Tang di abad 9 Masehi, dimana terjadi pemberontakan jendral-jendral yang berkenaan dengan Pergolakan Huang Chao, terjadilah transmigrasi massal kedua dalam sejarah yang berlasung sampai abad 10.
Sejak itu terjadilah secara merata pembauran antar suku She dan Tionghoa Tang di Min-nan, dari generasi ke generasi keturunannya tetap memperingatkan diri mereka dengan identitas orang Tang, maka terjadi Tanglang yang merupakan orang Hokkian, dimana dalam diri mereka mengalir darah dari ibu She dan ayah Tang.
Itulah Tanglang, yaitu orang Hokkian keturunan Tionghoa Tang yang akarnya di Gushi Henan, yang sekarang sudah menyebar mewakili Hoakiao kebangsaan Tionghoa dimana saja.
Dibawah pimpinan Jendral Tan Ceng dan Tan Wan Kong, prajurit dari Garison Marga Tan itu juga kebanyakan bermarga Tan, sehingga kebanyakan Tanglang sekarang bermarga Tan yang menjadikan penduduk terbanyak di Hokkian.
Benteng tangsi pasukan Tang tadi itu masih berada disana, setelah beberapa ratus tahun ditinggalkan dan diterlantarkan oleh orang Tanglang, dikemudian harinya tangsi Tulou itu diambil alih orang Hakka yang merantau dari Jiangxi sewaktu Song Selatan, mereka menemukannya maka digunakan untuk berteduh dan menjaga diri mereka disana, kemudian juga diperkembangkannya sampai menjadi pemukiman Hakka di Hokkian yang seolah-olah menjadi ciptaannya sampai sekarang. Suatu ketika diwaktu Perang Dingin diabad lalu, kompleks Tulou ciptaan orang Tanglang tersebut disalah kirakan bangunan silo rudal balistik Tiongkok.