Ribuan tahun Bahasa Holo ini menerus menjadi bahasa Tionghoa, melintasi Dinasti Han (206 BC-220 AD), Zaman Sam Kok (220-280 AD) dan melanjut hingga Dinasti Jin yang menyatukan Tionghoa dari perpecahan masa Sam Kok di abad 3-4 AD. Meski dari masa ke masa ada evolusi dalam bahasa Holo tersebut, selama itu masih tidak banyak berbeda dari semulanya. Sampai setelah Dinasti Tang dan Song di abad 8-12, bahasa percakapan pemerintahan Tionghoa baru mengalih menjadi lafal ala Beijing yang disebut orang Portugis sebagai bahasa biadab, Mandarin, hingga sekarang.
Ada peristiwa besar yang terjadi di abad 4 Masehi, dimana ada pegusuran masal bangsa Tionghoa dari Dataran Sentral yang di utaranya Sungai Yangtze ke selatan, maka dari migrasi raksasa yang untuk pertama kalinya dalam sejarah Tionghoa ini, juga terbawalah bahasa Holo ke Hokkian.
Ceritanya begini, kita kembali dulu ke abad 2 Sebelum Masehi dizaman Dinasti Tionghoa Han. Diwaktu Han itu Tionghoa sudah berkembang maju dan makmur selama seribu tahunan di Dataran Sentral, Henan.
Han merupakan kerajaan yang perkasa dari Tiongkok Semula, dari sini terus memperluas wilayahnya sampai Laut China di timur, dan ke selatan membentuk Champa di Vietnam, sehingga sampai sekarang Tionghoa membanggakannya dan menyebut dirinya bangsa Han, tetapi terus menerus membendung bangsa-bangsa asing, yang seperti eyang Tionghoa Han sendiri yang asalnya dari Persia di barat dan Barbar Mongol dari utara, untuk sekarang memasuki Dataran Sentral, karena mereka tidak berkehabisan berdatangan dengan kehendak merebut kemakmuran dan kemajuan budaya Han di Dataran Sentral ini.
Demikianlah Tionghoa beratusan tahun terus tersangkut dalam peperangan untuk mempertahankan keutuhan wilayahnya, dan dalam masa kalut Sam Kok mengalami perang saudara untuk mempertahankan keutuhan Tionghoa, maupun setelah Tionghoa dipersatukan kembali dalam Dinasti Jin (265-420 AD), serangan dari luar juga tidak mereda, Tionghoa akhirnya kehabisan tenaga dan melemah, tiba saatnya terancam kemusnahannya diwaktu Jin ini.
Sekitar 304 AD, ada 5 suku bangsa Barbar yang dari utara serentak menyerbu Jin dan menduduki Dataran Sentral sampai diperbatasan utara Sungai Yangtze, ini memaksa orang Tionghoa Jin mengikuti kerajaannya mengungsi ke jurusan selatan, setelah mereka menyeberang Sungai Yangtze, akhirnya di Nanjing mereka mendirikan Kerajaan Jin Timur di tahun 317 AD.
Tiongkok dilintasi 2 sungai besar yang mengalir dari pegunungan di barat menuju ke Laut China di timur. Sungai yang di utara adalah Sungai Yellow River dan yang di selatan adalah Yangtze River, dengan demikian membagi Tiongkok menjadi 3 bagian: Di utara Yellow River adalah wilayah Barbar, Dataran Sentral terletak diantara kedua sungai itu, dan di selatan Yangtze River adalah daerah perkembangan bangsa Nam Viet, yaitu kebangsaan Tionghoa Selatan yang dari sekitar 4000 tahun lalu sudah menyebar dan berbiak di Nusantara.
Sudah selama 500 tahun daerah Nam Viet di selatan Sungai Yangtze itu dicakup Tionghoa Han, hanya di zaman Jin ini, baru untuk pertama kalinya Tionghoa dari Tiongkok Semula mendirikan kerajaan di wilayah Nam Viet. Dari orang Jin yang berbondong-bondong merantau ke selatan itu, baru sekarang membawakan dan menyebarkan kebudayaan dari Dataran Sentral kesana.
Boleh dikata dalam masa Jin Timur di Nanjing itu, Tionghoa baru mendapatkan kehidupan sejahtera dan merasakan ketentraman, sehingga pesat memajukan industri kerajinan tangan, kesenian dan budaya. Di zaman inilah tercipta legenda Sam Pek Eng Tai yang merupakan Romeo dan Juliet versi Tionghoa, semestinya juga ditayangkan dalam bahasa Holo.
Selama 40 tahun dimasa Jin Timur itu, perantauan Tionghoa menerus. Sekelompok perantau orang Jin asal Luoyang dizaman itu meneruskan petaulangannya, dengan menelusuri sebuah sungai yang mengalir dari Gunung Wuyi, akhirnya sampai tiba di muara yang terletak di pesisir Tiongkok Tenggara. Disana menemukan delta yang subur dan tentram untuk dihuni, disitulah sejak abad 4 AD mereka menetap dan berkembang biak disekarang Quanzhou yaitu Cuanciu di Hokkian Selatan.
Untuk memperingati negara Jin asal mereka yang tadinya di utara, maka Tionghoa Jin tersebut menamakan delta pemukiman baru mereka itu Jin-an, yang maknanya, disinilah kita orang Jin sekarang dapat kehidupan yang aman dan tentram. Kemudian untuk mengikuti ibukota kerajaan Jin Timur di Nanjing yang dinamakan Jian-kang, yang maknanya, disinilah kita membangun kemakmuran, maka dari Jin-an tadi diganti namakan Jian-an yang maknanya, disinilah kita membangun dalam ketentraman. Diingatilah kata "Jian" ini.