Mohon tunggu...
Anthony Tjio
Anthony Tjio Mohon Tunggu... Administrasi - Retired physician

Penggemar dan penegak ketepatan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Asal Usul Marga Djie di Kediri

16 Oktober 2017   09:33 Diperbarui: 16 Oktober 2017   19:29 4386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Zhou Mu-wang menyangka Ratu Jiang Huan ini sang Dewi Abadi dari Surga Barat, yaitu Xi-mu Niang-niang dalam kepercayaan Taoisme, maka dengan mengendarai kereta kencana 8 daya kuda berpelesiran kesana, dan berbulan-bulan tidak pedulikan masalah kerajaannya lagi.

Raja Zhou Mu-wang mengunjungi Ratu suku Persia Jiang Huan di Heavenly Lake dekat Urumqi, Xinjiang. (dokumen pribadi)
Raja Zhou Mu-wang mengunjungi Ratu suku Persia Jiang Huan di Heavenly Lake dekat Urumqi, Xinjiang. (dokumen pribadi)
Tanpa ragu-ragu lagi, Pangeran Yan mengarahkan serbuannya dengan pesat menuju ke ibukota Luoyang yang di Henan. Semula sepertinya sangat lancar dan tiada yang melawannya. Yang tidak dimengerti oleh Pangeran Yan pada saat itu, bahwa adanya perjanjian persekutuan diantara negeri-negeri adipati Zhou, bilamana maharajanya mendapatkan serangan dari dalam maupun dari luar, mereka harus serentak bersatu untuk menghancurkan pemberontakan itu.

Raja Mu-wang segera terbangun dari impian manisnya dan kembali memimpin pasukannya. Dia memerintahkan negeri adipati Chu di selatan yang besar untuk bergabung dengan semua negeri adipati yang biasanya berniaga disekeliling Xu, supaya serentak mengepung dan dalam sekejab mata memusnahkan pasukan negeri Xu. Begitupun Pangeran Ying Yan terbangun dari lamunan menggantikan Mu-wang sebagai raja, terkalahkan dan negerinya juga hancur lebur.

Memaksa Pangeran Ying Yan membawa putra sulungnya melarikan diri ke pegunungan tembaga Tongshan yang terletak disebelah utara negeri asalnya, dan mengungsi di Negeri Peng. Dia mengutus putranya yang kedua Ying Zong supaya memimpin rakyatnya menyerah pada Raja Mu-wang.

Putra Ying Zong jadinya menyelamatkan seluruh rakyatnya bebas dari pembantaian setelah menyerah, lagi pula Raja Mu-wang malah menganugrahi gelar adipati untuk meneruskan posisi ayahnya untuk memimpin Negeri Xu yang sekarang dicakup ke dalam kerajaan Zhou.

Marga Ying yang keseluruhannya telah berlangsung 900 tahun mendirikan Negeri Xu di daerah Laut Timur (Dong Hai), disekarang propensi Jiangsu dan Shandong ini, akhirnya juga dimusnahkan secara total oleh Raja Zhou Jing-wang pada masa keakhiran Dinasti Zhou ditahun 512 BC. Sehingga bangsawan Xu yang berasal dari Pengcheng / Xuzhou itu harus mengungsi kedaerah Henan di barat, tetapi kebanyakannya hanya pindah di kedekatan timurnya saja, ke bekas Negeri Tan di Tancheng, Linyi, Shandong.

Mereka harus meninggalkan nama marga Ying, dari Ying ini terus digantikan Marga Xu saja, untuk memperingati kejayaan Negeri Xu yang pernah jaya di Laut Timur Tiongkok tadi.

Sedangkan untuk keturunan mereka yang telah menyebar dimana saja, bisa mengenal satu dengan yang lain di kemudian hari, mereka mengidentitas dirinya sebagai "Keluarga Besar Dong Hai", yang artinya marga Laut Timur Tiongkok. Maka terbentuklah Marga Dong Hai Xu itu sejak jaman Dinasti Zhou tahun 215 BC.

Di Tancheng situ terlahirlah keturunan yang bernama Xu Bao, dialah yang dikemudian hari menjadi eyang dari seluruh "Dong Hai Tang" Marga Xu, Hsu, Tsui, Djie, Chee, Seo, dan Jo diatas bumi ini. Makam Xu Bao terletak di Bao-gong-dun, Tancheng, Linyi, Shandong yang disana pada permulaan bulan April setiap tahunnya masih diadakan upacara Ceng Beng Marga Xu sedunia.

Makam eyang Marga Xu sedunia yang terletak di Bao-gong-dun, Tancheng, Linyi, Shandong. (dokumen pribadi)
Makam eyang Marga Xu sedunia yang terletak di Bao-gong-dun, Tancheng, Linyi, Shandong. (dokumen pribadi)
Dari Xu ini sudah menyebar ke seluruh dunia, yang menjadikan Marga Djie di Kediri, Indonesia, sedangkan di Malaka Malaysia disebut Chee, keturunan mereka yang di Jepang adalah Jo, di Korea adalah Seo, di Hong Kong dikenal sebagai Tsui, dan yang di Taiwan hanya menggantikan ejaan Xu tadi menjadi Hsu.

Pangeran Takihito, saudara kandungnya Kaisar Hirohito, pada abad lalu menyatakan bahwa beliau dan keluarga kerajaan Jepang adalah keturunan dari Jo Fuku, yaitu Xu Fu atau Djie Hok asal dari Tiongkok. Keterangan ini tidak bisa disangsikan karena pangeran tersebut memang seorang sejarahwan kebangsaan dan penata silsilah famili kerajaan Jepang yang bonafide.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun