Zhou Mu-wang menyangka Ratu Jiang Huan ini sang Dewi Abadi dari Surga Barat, yaitu Xi-mu Niang-niang dalam kepercayaan Taoisme, maka dengan mengendarai kereta kencana 8 daya kuda berpelesiran kesana, dan berbulan-bulan tidak pedulikan masalah kerajaannya lagi.
Raja Mu-wang segera terbangun dari impian manisnya dan kembali memimpin pasukannya. Dia memerintahkan negeri adipati Chu di selatan yang besar untuk bergabung dengan semua negeri adipati yang biasanya berniaga disekeliling Xu, supaya serentak mengepung dan dalam sekejab mata memusnahkan pasukan negeri Xu. Begitupun Pangeran Ying Yan terbangun dari lamunan menggantikan Mu-wang sebagai raja, terkalahkan dan negerinya juga hancur lebur.
Memaksa Pangeran Ying Yan membawa putra sulungnya melarikan diri ke pegunungan tembaga Tongshan yang terletak disebelah utara negeri asalnya, dan mengungsi di Negeri Peng. Dia mengutus putranya yang kedua Ying Zong supaya memimpin rakyatnya menyerah pada Raja Mu-wang.
Putra Ying Zong jadinya menyelamatkan seluruh rakyatnya bebas dari pembantaian setelah menyerah, lagi pula Raja Mu-wang malah menganugrahi gelar adipati untuk meneruskan posisi ayahnya untuk memimpin Negeri Xu yang sekarang dicakup ke dalam kerajaan Zhou.
Marga Ying yang keseluruhannya telah berlangsung 900 tahun mendirikan Negeri Xu di daerah Laut Timur (Dong Hai), disekarang propensi Jiangsu dan Shandong ini, akhirnya juga dimusnahkan secara total oleh Raja Zhou Jing-wang pada masa keakhiran Dinasti Zhou ditahun 512 BC. Sehingga bangsawan Xu yang berasal dari Pengcheng / Xuzhou itu harus mengungsi kedaerah Henan di barat, tetapi kebanyakannya hanya pindah di kedekatan timurnya saja, ke bekas Negeri Tan di Tancheng, Linyi, Shandong.
Mereka harus meninggalkan nama marga Ying, dari Ying ini terus digantikan Marga Xu saja, untuk memperingati kejayaan Negeri Xu yang pernah jaya di Laut Timur Tiongkok tadi.
Sedangkan untuk keturunan mereka yang telah menyebar dimana saja, bisa mengenal satu dengan yang lain di kemudian hari, mereka mengidentitas dirinya sebagai "Keluarga Besar Dong Hai", yang artinya marga Laut Timur Tiongkok. Maka terbentuklah Marga Dong Hai Xu itu sejak jaman Dinasti Zhou tahun 215 BC.
Di Tancheng situ terlahirlah keturunan yang bernama Xu Bao, dialah yang dikemudian hari menjadi eyang dari seluruh "Dong Hai Tang" Marga Xu, Hsu, Tsui, Djie, Chee, Seo, dan Jo diatas bumi ini. Makam Xu Bao terletak di Bao-gong-dun, Tancheng, Linyi, Shandong yang disana pada permulaan bulan April setiap tahunnya masih diadakan upacara Ceng Beng Marga Xu sedunia.
Pangeran Takihito, saudara kandungnya Kaisar Hirohito, pada abad lalu menyatakan bahwa beliau dan keluarga kerajaan Jepang adalah keturunan dari Jo Fuku, yaitu Xu Fu atau Djie Hok asal dari Tiongkok. Keterangan ini tidak bisa disangsikan karena pangeran tersebut memang seorang sejarahwan kebangsaan dan penata silsilah famili kerajaan Jepang yang bonafide.